YoonHae Fanfics Library



[One-shot] Spring Day

Author : Jeany R.

Cast : Im Yoona, Lee Donghae

Other Cast : Kwon Yuri, Choi Siwon, Tiffany Hwang

Genre : One-shot, Romance

Rating : PG-13/PG-15

Title : Spring Day

Note : Ini kelanjutan cerita YoonHae di musim yang lain, kalau kemarin Winter sekarang Spring. Bagi kalian yang belum baca Winter Night tetap bisa membaca cerita ini dan tidak akan bingung. Recommend song Jaejoong – I’ll Protect You.

Happy Reading ^^

Spring Day

 

“Will you become happy when you leave me to find a different warmth? Even so I can’t let you go, Yoongie. It’s going to hurt even more dying. I love you…more than anyone….Now, I’m next to you. I’m holding your hand. I can’t give you to anyone else’s arms. And I’ll always protect you” – Lee Donghae

***

Tangan kananku sibuk mematikan computer di hadapanku dan memasukkan dompet serta beberapa berkas ke dalam tas, sedangkan tangan kiriku memegang handphone yang menempel di telingaku. Telingaku sibuk mendengar suara dari seberang sana dan otakku sibuk mencerna perkataan yang dilontarkan lawan bicaraku.

“Iya Oppa aku mengerti. Aku akan segera pulang ke apartemen. Kau tunggu saja, oke?” kataku sambil sedikit berteriak kepada orang di seberang sana. Suasana sedikit bising siang ini, maklum saja sekarang waktunya jam makan siang. Banyak karyawan yang mulai berjalan keluar untuk mendapatkan makan siang mereka.

Aku bergegas menuju ke ruangan bosku untuk meminta ijin pulang cepat karena ‘paksaan’ kekasihku yang tampan itu. Siapa lagi kalau bukan Lee Donghae. Sudah beberapa bulan ini dia resmi menjadi kekasihku. Terhitung sejak awal musim dingin lalu. Dan sudah beberapa bulan ini hidupku menjadi begitu sempurna.

Aku mengetuk pintu ruangan bosku, dan beberapa detik kemudian aku mendengar dia berkata ‘masuklah’. Aku segera mendekat ke arahnya. Dia masih asik berkutat dengan tumpukan surat yang aku yakini adalah surat perjanjian dengan perusahaan dari Prancis yang baru-baru ini bekerja sama dengan perusahaan ini.

“Bos, aku ijin pulang cepat hari ini karena ada urusan penting. Apakah boleh?”, ujarku meminta ijin.

Choi Siwon –bosku- menatapku sejenak kemudian menutup bolpoin yang tadi dipakainya lalu meletakkannya. “Tak masalah. Hari ini jadwalku memang kosong, aku rasa kau sudah bekerja keras selama beberapa hari ini Yoona-ssi,” jawabnya sambil tersenyum.

Aku membalas senyumannya dan berlalu keluar dari ruangannya. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih padanya. Bosku memang sangat baik dan pengertian. Dia tidak pernah membuatku repot atau kewalahan.

*

Aku melangkah menuju ke apartemen setelah memarkirkan mobilku di tempat yang aku rasa cukup aman. Aku melangkah ke tempat seseorang yang sedang menyandarkan punggungnya di pintu apartemenku, Donghae.

Aku mengisyaratkannya untuk bergeser dengan tanganku. Dia pun berpindah tempat ke sebelah kanan pintu. “Kau sudah lama, Oppa?” tanyaku padanya sambil menekan kombinasi angka untuk membuka apartemenku.

Donghae tidak menjawab pertanyaanku, dia berjalan ke arahku dan memelukku dari belakang. Hal ini membuatku tidak bisa berkonsentrasi sehingga kombinasi angka yang aku masukkan menjadi salah. Sial!

“Tidak. Aku baru tiba disini hmmm…dua puluh menit yang lalu,” ucapnya. Dia mengertakan pelukannya ditubuhku.

Aku hanya tertawa mendengar jawabannya. Aku melapas tangannya saat pintu apartemenku terbuka. Mempersilahkan masuk tamuku. Kemudian berjalan ke lemari es dan mengambil dua gelas orange squash.

“Tumben kau tidak memberiku kopi?” tanya Donghae sambil mengambil sekotak orange squash dari tanganku. Hanya inilah minuman yang ada di kulkasku.

Aku meneguk orange squashku sedikit sebelum menjawab pertanyaannya. “Hari ini sudah musim semi, masa kau mau minum kopi terus Oppa?”

Donghae mulai meneguk orange squashnya. “Besok kau tidak ada acara kan Yoong? Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan? Bunga-bunga sudah mulai bermekaran,” tanya Donghae mengabaikan pertanyaanku tentang ‘kopi’ tadi.

“Jadi urusan penting yang kau maksud di telepon tadi ini?”

“Hmmmm….tidak juga,”

“Lalu apa? Aku merasa tidak enak harus meninggalkan kantor padahal belum saatnya,”

“Kau terlalu memikirkan pekerjaanmu Yoong. Kau tidak sadar itu?”

“Apa? Itu kan memang sudah kewajibanku,”

“Tapi kau juga berkewajiban memikirkan kekasihmu,”

Aku menghela nafas, memilih mengakhiri perdebatan dengan Donghae. Baiklah, kali ini aku akan mengalah, karena beberapa hari ini aku memang terlalu sibuk dengan urusan kantor.

Aku berpikir sejenak mengingat-ingat jadwalku besok sebelum menggelengkan kepalaku. “Aku besok tidak ada acara,” kataku menjawab pertanyaan Donghae tadi. Aku rasa tugas kantor sudah aku selesaikan semua. Seperti kata Siwon tadi, jadwalnya tidak sepadat dulu.

“Hmm….baiklah kalau begitu. Sekarang kau mandi dulu, kita akan makan malam,” ujarnya sambil mengusap rambutku, sepertinya dia sudah tidak marah lagi. Wajahku tetap memerah sepeti dulu setiap menerima perlakuan seperti ini darinya, hanya saja sekarang aku sudah bisa mengontrol diriku.

*

Donghae membawaku ke sebuah café di daerah Insadong. Dia memperkenalkanku kepada teman-temannya. Teman-teman Donghae sangat ramah sehingga aku mudah berteman dengan mereka. Tak lama Donghae pamit kepada teman-temannya dan mengajakku masuk ke dalam café untuk menikmati makan malam kami.

Makan malam ini bukan makan malam romantis seperti di drama-drama yang sering aku tonton yang menggunakan lilin, bunga dan music sebagai pengiringnya. Ini merupakan makan malam biasa seperti yang biasa aku lakukan bersama Donghae semenjak beberapa bulan yang lalu. Hanya saja saat ini kami makan malam di tempat yang berbeda karena Donghae ingin mengenalkanku pada teman-temannya, seperti janjinya dulu.

“Bagaimana pekerjaanmu di kantor? Tidak ada masalahkan?” tanya Donghae. Seperti biasa setiap makan malam seperti ini kami berbagi cerita tentang masalah pekerjaan dan sebagainya. Dia akan memberiku solusi jika aku memiliki masalah, akan membuatku tertawa dengan tingkah anehnya saat aku sedang jenuh dan stress.

“Tidak ada, sejauh ini semuanya masih baik-baik saja,” ujarku sambil memasukkan suapan terakhir sirloin steak –makananku- ke dalam mulut.

Donghae hanya tersenyum sambil menggumankan kata ‘baguslah’. Kemudian dia mulai menyantap makan malamnya.

Setelah makan malam Donghae mengantarku pulang dan berpamitan. Tak lupa dia memberikan kecupan di keningku. “Ciuman sebelum tidur Yoong,” katanya sambil tersenyum kemudian berlalu. Aku tersenyum-senyum sendiri kemudian masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di kasur. Aku pasti akan bermimpi indah malam ini.

**

Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, mandi kemudian sarapan. Aku sibuk memilih baju apa yang sebaiknya aku gunakan untuk kencan bersama Donghae. Ngomong-ngomong soal kencan, aku dan Donghae memang jarang sekali melakukannya. Kami terlalu sibuk dengan pekerjaan kami. Biasanya kami bertemu hanya pada malam hari yaitu saat makan malam. Makan malam memang kegiatam rutin kami. Terkadang, Donghae juga sering datang ke kantorku untuk mengajak makan siang atau hanya sekedar mengantarkan makan siang untukku. Dia tidak ingin melihatku sakit. Aku memang sangat beruntung mempunyai kekasih yang sangat pengertian sepertinya.

Aku membuka kontak di handphoneku dan menekan tombol hijau lalu menempelkanya ke telingaku. Tak berselang lama terdengar respon dari seberang sana.

“Yuri-ya menurutmu aku harus mengenakan baju apa hari ini? Donghae mengajakku jalan-jalan di taman menikmati musim semi,” kataku polos.

Aku bisa mendengar suara Yuri di seberang yang sedikit syok dengan pertanyaanku barusan. Memang ada yang salah? Aku kan tidak mau terlihat memalukan di depan Donghae, aku bingung baju apa yang pas aku pakai.

“Ya ampun Yoong…kalian kan hanya akan pergi berkencan bukan pergi menghadiri pesta pernikahan anak presiden. Kenapa kau harus sebingung itu? Gunakanlah baju yang menurutmu nyaman kau pakai. Apapun yang kau pakai aku yakin Donghae tetap akan menyukainya,” terdengar suara Yuri diseberang setelah beberapa saat.

“Sejak kapan kau jadi peramal?”

“Apa? Tidak-tidak,”

“Aku hanya inging terlihat lebih istimewa,”

“Kau itu sudah sangat istimewa bagi Donghae, Yoong,”

Benar juga apa yang dikatakan Yuri. Untuk apa aku meributkan masalah baju? Ini kan hanya jalan-jalan biasa, kecuali jika Donghae akan mengajakku menemui orang tuanya. Aku rasa aku belum siap mental untuk masalah itu. Kenapa aku jadi aneh begini? Apa karena aku tertular sikap Donghae yang juga aneh akhir-akhir ini? Lupakan. Lupakan.

*

Donghae membukakan pintu mobil untukku. “Kau cantik sekali hari ini Yoong”, ucapnya sebelum menutup pintu mobilnya. Sial! Belum apa-apa pipiku sudah memerah begini. Astaga! Kendalikan dirimu Im Yoona.

Akhirnya aku memutuskan memakai kaos berwarna kuning dengan tulisan ‘you are so beautiful’ dan memadukannya dengan rok selutut berwarna orange. Entah cocok atau tidak yang penting aku merasa nyaman saat memakainya.

Donghae mamarkirkan mobilnya saat kami tiba di taman kota. Taman ini indah sekali. Bunga-bunga yang ditanam disini mulai bermekaran. Aku berlari mengelilingi taman ini seperti anak kecil yang senang memperoleh mainan baru. Aku terus tersenyum dan memandang takjub pemandangan di taman ini.

Aku melihat Donghae duduk di bangku taman, sepertinya dia sedang berbicara serius dengan seseorang memalui handphone. Sepertinya dia tidak senang dengan pembicaraan itu. Aku berjalan ke arahnya, dia menoleh ke arahku dan menyunggingkan senyum terbaiknya. Untuk beberapa saat aku terpana oleh senyumannya, tapi aku berhasil mengontrol diriku.

Donghae berdiri dari duduknya kemudian menarik tanganku menuju jalan setapak di taman ini. Di sana telah terparkir dua buah sepeda. Aku menoleh ke arah Donghae dan memberikan isyarat kepada Donghae untuk menjelaskan apa rencananya.

Dia menuntunku mendekat ke arah sepeda mini berwarna pink. “Kita akan berlomba naik sepeda hari ini. Siapa yang kalah harus menuruti permintaan yang menang. Bagaimana?”

Oh jadi dia ingin mengajakku bertanding sepeda. Apa dia tidak tahu kalau aku ini jago balap sepeda? Mungkin aku lupa menceritakan ini padanya. Langsung saja aku mengangguk setuju. Kemudia Donghae manaiki sepedanya dan memulai menghitung “1………..2……….3…….”. Dan sepeda pun mulai meluncur mengikuti jalan setapak di taman ini.

Rasanya sudah lama sekali aku tidak menaiki sepeda. Dulu saat aku masih tinggal di rumah bersama kedua orang tuaku aku sering menaiki sepeda untuk pergi ke supermarket. Aku mengayuh sepedaku dengan riang. Untuk sementara aku memimpin cukup jauh di depan Donghae. Aku menoleh ke belakang untuk memastikan jarak antara aku dan Donghae.

Aku terkesiap saat melihat pantulan wajah Donghae yang terkena sinar matahari. Aku berhenti mengayuh sepedaku dan memfokuskan mataku menatapnya. Rambutnya sudah acak-acakan diterpa angin. Dia tersenyum ke arahku. Senyuman yang sangat indah, seindah bunga-bunga yang bermekaran di musim semi ini.

Aku tersadar saat Donghae melambaikan tangannya padaku. Dia berhasil menyusulku dan sekarang dia memimpin padahal garis finish sudah ada di depan mata. Sial! Apa yang baru saja aku lakukan? Bodoh. Kenapa aku harus menolehkan kepalaku ke belakang? Seharusnya aku sudah tahu akan begini jadinya. Ketika aku memalingkan wajahku untuk menatapnya, aku tidak akan bisa berpikir dengan benar. Arrrrrghhh…Lee Donghae kau benar-benar telah merusak sistem otakku.

Dengan lesu aku berjalan ke arah bangku yang diduduki Donghae. Aku melihat Donghae tengah tersenyum cerah menyambutku. Aku menghempaskan tubuhku ke sandaran kursi tersebut dan memasang wajah cemberut.

“Kau curang Donghae Oppa. Aku kalah karenamu. Kenapa kau harus tersenyum dan terlihat terlalu tampan seperti itu hah?” gerutuku. Aku tidak berani menatap wajahnya saat melontarkan kalimat itu yang secara terang-terangan aku memujinya.

Donghae tertawa menanggapi gerutuanku itu. Dia mengulurkan tangannya, melingkarkannya ke bahuku. “Jadi kau harus menuruti permintaanku bukan?” tanyanya.

Aku melipat tanganku di depan dada. Awas saja kalau dia meminta yang tidak-tidak. “Hm……jangan meminta yang aneh-aneh karena aku tidak akan melakukannya.”

“Sudahlah jangan cemberut seperti itu. Kau akan lerlihat lebih cantik jika kau tersenyum Yoong. Aku hanya meminta kau untuk menemaniku jalan-jalan di taman setiap Minggu, bagaimana?” tawar Donghae padaku.

Jadi dia hanya meminta itu? Tentu saja aku bersedia. Tapi rasanya ada yang aneh, tumben sekali dia meminta hal seperti ini. Baguslah dia tidak meminta yang aneh-aneh. Bahkan aku juga sangat mengharapkan bisa menghabiskan waktu bersamanya seperti ini paling tidak seminggu sekali. Rasanya sungguh luar biasa. Bahagia yang benar-benar bahagia.

Aku mulai berdiri dan menarik tangannya. “Aku bersedia. Ayo kita pulang, Oppa. Aku lupa kalau ada pekerjaan yang belum aku selesaikan,” ucapku sambil menyeringai kecil. Tadi Siwon mengirimkan pesan padaku untuk membuat surat permohonan, entah untuk apa.

Donghae menurut dan mulai berdiri dari duduknya. Dia menggenggam tanganku erat. Kami berjalan berdampingan menyusuri jalan setapak menuju tempat mobil Donghae terparkir. Berada dalam genggaman tangannya seperti ini rasanya nyaman sekali. Aku tidak ingin melepaskan genggaman tangannya, selamanya….

**

Seperti perjanjianku dengan Donghae dulu, kali ini aku akan menemaninya jalan-jalan. Sudah beberapa bulan ini setiap Minggu aku selalu menemaninya jalan-jalan. Dia memacu mobilnya ke arah pantai. Untuk apa dia mengajakku kesini? Batinku.

Donghae mengajakku menyusuri taman di pinggir pantai ini. Dia menggenggam tanganku erat. Aku menikmati pemandangan disekelilingku. Indah sekali. Kemudian Donghae membawaku ke pinggir pantai dan duduk diatas pasir putih.

Kami sibuk menikmati pemandangan yang disuguhkan dan menikmati angin semilir yang neniupkan rambut kami. Sampai akhirnya aku membuka suara.

“Apakah ada masalah Oppa?” tanyaku. Mataku masih menerawang jauh. Menikmati pemandangan indah di depanku.

Donghae mengernyit, bingung dengan pertanyaanku mungkin. Entahlah, aku hanya merasa ada sesuatu yang disembunyikannya dariku. Dan aku harus menanyakannya secara langsung untuk memastikannya.

Selama musim semi ini Donghae sangat perhatian padaku. Setiap pagi menjemputku dan mengantarku ke kantor. Padahal jarak antara kantorku dan kantornya sangat jauh. Kantorku berada di daerah Utara Seoul sedangkan kantornya di Selatan. Kalau dari apartemenku, ke kantorku kemudian ke kantornya sama saja dia bolak balik. Setiap siang dia datang menjemputku untuk mengajak makan siang. Dan sorenya seperti biasa dia menjemputku kemudian kami makan malam. Dia juga selalu menelepon dan mengirimiku pesan. Sehari saja sampai lima kali dia meneleponku.

Bukannya aku tidak merasa senang atau malah merasa terganggu. Aku hanya merasa aneh dengan perubahannya itu. Dulu awal kami berpacaran dia tidak pernah melakukan seperti ini. dia memang sangat perhatian, tapi aku rasa perhatiannya kali ini terlalu berlebihan. Dan itu malah membuaku resah.

Tidak ada jawaban darinya atas pertanyaan yang aku ajukan. Dia menggeser tubuhnya mendekat ke arahku. Menyenderkan kepalaku di pundaknya. “Tidak ada Yoong. Selama aku masih bisa melihatmu semuanya akan baik-baik saja,” bisiknya.

Aku berharap semua yang dikatakannya adalah benar. Aku hanya tersenyum dan berdoa.

“Lihatlah karang itu! Maukah kau berjanji untuk menjadi setegar karang di lautan yang terus dihantam ribuan serpihan ombak setiap detik yang tak pernah mengeluh akan keadaan tetapi tetap berdiri dengan kokohnya dan tak pernah menyerah walaupun berat?” lanjutnya. Kemudian dia berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantuku.

Aku masih terpana dan bingung memaknai ucapan Donghae barusan, tapi akhirnya aku tetap mengangguk.

**

Banyak sekali file yang harus aku ketik untuk bahan presentasi. Perusahan tempatku bekerja akan mengadakan kerja sama dengan salah satu perusahan besar dari Jepang. Dan karena itulah aku harus bekerja ekstra selama beberapa hari ini.

“Tumben Donghae tidak datang?” tanya Yuri sambil memberikan sebuah map yang aku yakin berisi data yang aku minta darinya beberapa menit yang lalu. Aku memang sengaja melarang Donghae datang ke kantorku dan menjemputku hari ini karena pasti aku akan sangat sibuk.

Aku mengambil file tersebut dan melanjutkan ketikan yang belum selesai ini. “Aku yang memintanya,” jawabku tetap berusaha berkonsetrasi dengan layar computer di depanku. Aku harus segera menyelesaikannya supaya bisa bertemu Donghae.

Yuri hanya membulatkan mulutnya kemudian berlalu.

Aku membaca semua file yang telah aku ketik, mencoba memahami semua isinya. Siwon memintaku untuk mempelajarinya, untuk berjaga-jaga jika nanti dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Atau dia tidak bisa menghadiri rapat karena ada kepentingan mendadak. Semoga itu tidak tejadi.

Aku meregangkan semua otot-ototku dan melihat jam ditangan kananku. Jarum pendek menunjuk angka sepuluh sedangkan jarum panjangnya menunjuk ke angka dua. Tidak terasa hari sudah sangat larut. Aku mengorbankan makan malamku dengan Donghae. Walaupun aku sudah berusaha dengan cepat menyelesaikan tugas-tugas ini, tetapi tetap saja aku tidak bisa bertemu dengan Donghae malam ini.

Segera saja aku mengambil handphone dari dalam laci meja kerjaku dan mengeceknya. Aku tidak mematikan handphoneku, aku hanya merubah profilnya menjadi diam. Aku takut jika pekerjaanku tidak akan selesai karena sebuat panggilan atau pesan.

Aku kaget mendapati tulisan yang terpampang di layar handphoneku. Dua puluh delapan misscall dan dua puluh satu pesan, semuanya dari orang yang sama, Lee Donghae. Aku menekan tombol hijau dan segera menghubunginya. Aku akan meminta maaf karena tidak bisa makan malam bersamanya malam ini.

**

Terdengar suara tepuk tangan dari para peserta rapat yang hadir pada hari ini. Aku menutup presentasiku dengan ucapan terima kasih. Aku merasa lega karena berhasil melakukan presentasi dengan cukup baik. Siwon mendadak harus pergi ke Taiwan untuk mengurus masalah bisnis di sana. Dan sebagai gantinya dia memintaku yang melakukan presentasi ini. Awalnya aku memang ragu, tapi karena semangat dari Doghae akhirnya aku nekat untuk tetap melakukannya.

Peserta rapat sudah mulai berdiri untuk meninggalkan ruangan ini. Aku pun mulai menata berkas-berkas yang aku gunakan selama presentasi tadi. Sebuah suara membuatku mendongak dan menghentikan aktivitasku.

“Nona Im, bisakah kita berbicara sebentar? Aku rasa di musim semi seperti ini lebih menyenangkan berbicara sambil menikmati makan siang dan melihat bunga yang sedang bermekaran,” ucap seorang laki-laki paruh baya, pemimpin perusahaan dari Jepang.

“Oh baiklah Tuan. Aku rasa aku tahu tempat yang tepat,” kataku sembali mengambil tasku kemudian berjalan keluar. Aku harus menuruti permintaan pemimpin perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatku bekerja ini. Semata-mata untuk menghormatinya dan menjaga hubungan baik dengannya.

Dan disinilah aku berada sekarang. Di sebuah restoran dekat dengan kantor, restoran yang biasa aku tempati untuk makan siang bersama Donghae. Ngomong-ngomong sudah dua hari aku tidak bertemu dengannya. Aku begitu merindukannya. Apakah dia tidak merindukanku?

“Kau sangat cerdas Nona Im. Aku bisa melihat dari caramu menyampaikan presentasi tadi,” ucapan Tuan Lee membuyarkan lamunanku. Aku merasa tersanjung mendapat pujian dari orang ‘besar’ seperti dirinya.

Pria paruh baya yang duduk didepanku ini adalah salah satu pemilik perusahaan terbesar di Jepang. Namanya Lee Dongwon. Dia orang Korea yang menetap di Jepang, dan untuk sementara akan tinggal di Korea selama menjalani bisnis dengan perusahaan tempatku bekerja. Itulah informasi tentang Tuan Lee Dongwon yang aku dapat dari Yuri.

Aku mengulum senyum tipis mendengar pujiannya. “Terima kasih, Tuan”, ucapku tulus.

Dia hanya tersenyum dan memulai menyantap hidangan makan siangnya. Aku tidak mengerti apa sebenarnya tujuan Tuan Lee mengajakku makan siang seperti ini. Apakah dia ingin menanyakan seputar presentasi yang aku sampaikan tadi? Karena tidak mungkin kan dia mengajakku makan siang hanya untuk memujiku?

“Apa kau mengenal Lee Donghae? Pemimpin Lee Corporation yang ada di Korea?” tanyanya tiba-tiba. Membuatku sedikit kaget.

Tunggu dulu? Lee Corporation? Aku segera membuka sebuah kertas kecil yang aku simpan di dalam dompetku. Kartu nama Donghae. Dan benar saja, nama perusahaan tempat Donghae bekerja adalah Lee Corporation. Jadi Lee Donghae yang dimaksud Tuan Lee adalah Lee Donghae kekasihku. Kenapa aku tidak pernah mengeceknya? Bodoh. Apakah Tuan Lee ini…

“Donghae adalah anakku”, lanjut Tuan Lee sambil menatapku. Ucapannya membuyarkan lamunanku.

“Aku mendengar kabar bahwa kau dan anakku berpacaran. Kau sangat cantik dan juga cerdas Nona Im. Pantas saja Donghae bisa takluk padamu,”

“Anak itu, aku selalu menuruti kemauannya. Bahkan saat dia memilih untuk menetap di Korea, aku menyetujuinya. Aku sangat senang saat dia bilang dia ingin membantuku di perusahaan,”

Aku masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Kenapa dia jadi menceritakan tentang Donghae? Aku hanya mendengarkan dan menyimak apa yang dilontarkan Tuan Lee.

“Aku tidak pernah ikut campur dengan apa yang dilakukannya. Tetapi saat mendengar dia mempunyai kekasih, aku rasa sudah saatnya aku ikut campur dalam masalah ini. Dari dulu keluarga kami selalu menikah dengan cara perjodohan. Kami memiliki calon yang tepat untuk anak-anak kami,”

Aku rasa aku mulai mengerti arah pembicaraan ini. Aku tiba-tiba merasa kesulitan bernafas. Jantungku berpacu cepat, aku ketakukan. Aku seperti menghadapi situasi dimana aku akan dipaksa meninggalkan dunia yang indah ini. Dan parahnya di musim yang indah ini.

Aku mengingat-ingat tingkah Donghae sejak beberapa bulan lalu. Apakah ini alasan Donghae tiba-tiba bersikap aneh dan sangat perhatian padaku? Apakah karena dia merasa bersalah karena telah menyembunyikan masalah ini? Entahlah.

“Jadi…untuk kebaikanmu sendiri, aku minta kau menjauhi Donghae!” ucapnya tegas. Ucapan Tuan Lee seperti sebuah pisau yang ditancapkan ke perutku. Sebuah pilihan yang sulit. Jika aku tetap membiarkan pisau itu menancap di tubuhku, aku akan mati. Dan jika aku melepaskannya, aku pun akan mati karena semuanya sudah terlambat.

Jika aku tetap mempertahankan Donghae disisiku, aku tidak tahu apa yang akan Tuan Lee lakukan padaku. Mungkin dia akan membuatku menderita sampai mati perlahan-lahan. Dan jika aku melepas Donghae, aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Mungkin aku juga akan mati secara perlaha-lahan karena merindukannya. Satu-satunya orang yang bisa menolongku hanyalah Lee Donghae.

“Apa yang kau lakukan Appa???!!!” sebuah suara yang sangat aku kenal mengagetkanku, suara Donghae. Dia datang dengan muka merah, menahan amarah.

Donghae menarikku berdiri. Memegang bahuku kuat-kuat, seakan dia takut kalau aku tiba-tiba pingsan di restoran ini. Dia menatap tajam orang di depannya yang statusnya adalah ayahnya sendiri. “Sudah aku bilang jangan berani-berani mengganggunya!” ucapnya penuh penekanan kemudian membawaku pergi.

Aku tidak menyangka Donghae akan melakukan hal seperti ini terhadap Ayahnya. Dan itu untuk membelaku….melindungiku…

*

Donghae membawaku ke bukit setelah keluar dari restoran tadi. Aku memandang hamparan bunga di depanku. Menikmati pemandangan indah di musim semi kali ini. Sedangkan Donghae, dia tengah sibuk dengan pikiran yang berkecamuk dalam otaknya. Entah apa yang dipikirkannya.

“Kau tidak ingin menanyakan sesuatu padaku Yoong?” ucapan Donghae memecah keheningan.

Aku diam, masih mengagumi hamparan bunga warna-warni di depanku. Aku tidak berani menolehkan kepalaku ke arahnya. Aku takut. Entah takut akan apa, aku sendiri juga tak mengerti.

“Tidak,” jawabku. Donghae pasti mempunyai alasan kuat karena telah menyembunyikan masalah ini. Memang tidak semua hal harus dikatakan, apalagi jika hal tersebut hanya akan menyakiti orang yang kita cintai. Bukankah begitu? Terkadang sesuatu yang menyakitkan memang akan lebih baik menjadi rahasia pribadi dari pada membuat orang lain sakit jika mengetahuinya.

“Aku sudah berjanji pada diriku sendiri aku tidak akan menyakitimu lagi Yoong. Sudah cukup luka yang aku torehkan padamu di masa lalu,”

“Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untukmu. Membuatmu selalu tersenyum dan tidak akan ada lagi tetes air asin yang keluar dari mata indahmu. Aku hanya akan pergi saat kau benar-benar tak membutuhkanku dan menginginkanku pergi. Aku tidak akan pernah melupakan janjiku itu,” paparnya.

Aku mendengar dengan sangat jelas ucapan Donghae. Merekamnya dalam memoriku. Mungkin terdengar seperti gombalan di telinga orang-orang, tapi aku yakin itu ucapan yang tulus dari hatinya. Donghae tidak pernah main-main dengan kalimat yang dia lontarkan, aku tahu itu.

Dia bilang dia tidak ingin membuatku menangis? Sepertinya dia gagal. Mendengar ucapannya barusan membuatku ingin mengeluarkan air mata yang sedari tadi mendesak keluar dari mataku. Aku menangis bukan karena sedih, tapi karena aku bahagia. Aku bahagia mengetahui sebegitu besar cinta Donghae untukku.

Donghae manarik tubuhku ke dalam pelukannya. Aku membenamkan kepalaku di dada bidangnya. Mencoba mengontrol emosiku. Aku tidak boleh menangis. Aku harus tetap tersenyum.

“Lupakan apa yang kau dengar hari ini Yoong. Bersikaplah seperti biasanya, tetaplah tersenyum. Aku akan selalu berada disisimu apapun yang terjadi. Kau percaya padaku kan?” bisik Donghae di telingaku.

Aku mengangguk samar di pelukannya, entah dia sadar atau tidak. Aku percaya padamu Donghae Oppa, tentu saja.

**

Seperti janjiku pada Donghae, aku benar-benar melupakan kejadian itu. Meski terkadang aku merasa takut saat mengingatnya, tetapi aku berusaha untuk melupakan kejadian itu. Hubunganku dengan Donghae baik-baik saja. Donghae masih menjalankan rutinitasnya menjemputku seperti dulu. Bahkan sekarang tingkat perhatiannya lebih lagi. Dia sering memberiku kejutan sepanjang hari di musim semi kali ini.

“Iya Oppa aku akan segera mengeceknya,” kataku di sambungan telepon.

Donghae meneleponku dan memberitahu jika dia mengirimkan hadiah ke kantorku. Aku segera menuju lift dan menekan angka satu. Aku segera menemui resepsionis untuk mengecek hadiah yang diberikan Donghae.

“Ini kiriman untukmu Yoona-ssi,” kata petugas resepsionis sambil menunjukkan padaku hadiah yang Donghae kirimkan.

Mataku membelalak, kaget dengan apa yang aku lihat di depanku. Sebuah karangan bunga mawar putih asli yang cukup besar. Di sana juga terdapat sebuah kartu ucapan. Aku segera mengambil dan membukanya.

Aku mengirimkan mawar putih ini supaya kau bisa melihat indahnya musim semi dari dalam ruanganmu. Aku tahu kau begitu antusias saat menikmati bunga-bunga yang bermekaran di taman. Jika bunga ini layu, maka dengan senang hati aku akan membelikannya lagi untukmu. Selamat bekerja, sayang^^’

Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak tersenyum. Bahkan aku yakin pipiku sudah semerah kepiting rebus sekarang. Kata-kata terakhir dalam kartu ucapan itu membuatku kesulitan bernafas untuk beberapa saat. Donghae memanggilku ‘sayang’. Astaga! Dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya.

Aku segera mengambil bunga tersebut dan menggenggamnya dengan kuat. Senyum masih mengembang di sudut bibirku. Entah apa yang resepsionis ini pikirkan saat melihatku seperti orang gila yang tengah tersenyum-senyum sendiri seperti ini. Aku pun berlalu dan kembali ke ruang kerjaku.

To: Donghae Oppa

Terima kasih untuk kejutannya hari ini Oppa. Aku mencintaimu.

Aku membaca pesan yang akan aku kirimkan padanya. Dan menghapus kalimat ‘aku mencintaimu’ sebelum mengirimkannya. Rasanya akan terasa aneh jika mengucapkan kalimat itu. Aku tidak siap jika bertemu dengannya, pasti dia akan menggodaku. Belum saatnya, pikirku. Dan akhirnya inilah pesan yang aku kirimkan padanya.

To : Donghae Oppa.

Terima kasih untuk kejutannya hari ini Oppa. Selamat bekerja^^

**

Aku menarik nafasku dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Entah sudah keberapa kali aku melakukannya semata-mata hanya untuk menghilangkan rasa gugupku, ehm…mungkin juga rasa takutku.

“Kau ini kenapa Yoong?” tanya Yuri yang duduk di sebelahku. Saat ini kami sedang berada di ruang rapat. Ya, hari ini akan ada rapat penentuan keputusan dengan Fishy Grup. Dan itu artinya aku akan bertemu dengan Ayah Donghae. Jujur aku jadi merasa takut saat memikirkannya.

“Tidak. Aku hanya sedang menunggu Donghae Oppa menelponku,” kilahku. Donghae ada rapat pagi ini, jadi tidak mungkin dia akan menghubungiku. Tadi pagi dia sudah menenangkanku dan memberiku semangat saat mengantarku ke kantor.

Tak berselang lama terdengar suara langkah beberapa orang menuju ruangan ini. Aku segera bangkit dari dudukku dan menyambut mereka. Aku memasang senyum di bibirku saat Tuan Lee Dongwon masuk. Dia menatapku sejenak sebelum berjalan ke kursinya. Tatapannya…entahlah aku tidak bisa memaknai arti tatapannya itu.

Rapat pagi ini berjalan lancar. Siwon sendirilah yang memimpin rapat kali ini. Diakhiri dengan penandatanganan surat kesepakan antara kedua perusahaan.

Aku berjalan keluar ruangan terlebih dahulu. Aku hendak mengeluarkan handphoneku saat aku mendengar seseorang memanggilku.

“Yoona-ssi, bisakah kita berbicara sebentar?” seru suara dari belakangku, Tuan Lee Dongwon.

Aku hanya mengangguk dan berjalan di belakangnya menuju cafeteria kantor ini. Aku memesan segelas teh hijau dan duduk di salah satu bangku café ini. Tuan Lee Dongwon pun melakukan hal yang sama.

Dia berdehem sebentar dan mulai menatapku dari atas sampai bawah. Dia seperti menilai diriku, dan jujur saja tatapannya itu membuatku sedikit risih.

“Aku bisa membuatmu kehilangan pekerjaanmu kapan saja, bahkan besok,” ucapnya frontal dan dia….tersenyum. Ya ampun! Sepertinya dia bukan tipe orang yang suka basa-basi. Aku mengepalkan tanganku kuat. Bukan karena marah, tetapi karena aku takut. Apakah dia sedang mengancamku? Aku meneguk air ludahku sendiri.

“Anda memang bisa melakukan apa saja Tuan, tapi tidak dalam segala hal. Apakah Anda berfikir dengan cara seperti ini aku akan menjauhi Donghae? Cih! Anda salah besar. Permisi,” balasku dengan penuh penekanan. Tanganku bahkan gemetar saat mengucapkannya. Aku tahu kata-kata dan tindakanku ini mungkin terdengar sangat tidak sopan. Tapi dia yang memancing emosiku. Mendengarkan ucapannya hanya akan membuatku sakit, lebih baik aku pergi.

Aku berdiri dari dudukku dan mengambil selembar uang dari dompetku dan meletakkannya di samping teh hijau yang aku pesan dan berlalu pergi. Aku memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan yang bahkan baru saja di mulai. Teh hijau yang aku pesan bahkan belum aku sentuh sama sekali.

Aku tidak takut jika aku memang harus kehilangan pekerjaanku. Tapi aku takut jika Donghae pergi dari hidupku –lagi-. Aku akan memperjuangkan kehidupan indah yang sudah aku nanti-nanti selama bertahun-tahun sampai aku berhasil mendapatkannya. Dan di saat kebahagiaan itu sudah ada di genggamanku, aku harus melepaskannya? Tidak akan. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa melihatnya. Hidup tanpa melihat senyumannya pasti akan sangat mengerikan.

**

Benar saja. Ayah Donghae memang serius dengan ucapannya kemarin. Pagi ini aku mendapatkan surat yang memberitahukan bahwa aku di pecat. Aku tidak terlalu kaget dengan kejadian ini, aku sudah memprediksikannya cepat atau lambat aku akan dipecat dari kantor. Aku tidak tahu apa yang telah dilakukan Ayah Donghae pada Siwon. Aku yakin Siwon tidak akan memecat seseorang tanpa alasan yang jelas.

Aku sudah menghubungi Donghae untuk tidak menjemputku hari ini. Dia tidak boleh tahu jika aku dipecat. Aku tidak ingin dia bertengkar dengan Ayahnya. Bagaimanapun aku tidak ingin orang yang aku cintai menjadi anak durhaka. Aku akan mencari pekerjaan lain dan memberitahu Donghae bahwa aku pindah tempat kerja karena aku lelah. Itulah mungkin yang akan aku katakan padanya.

Aku tidak bermaksud berbohong padanya. Hanya saja, jika aku mengatakan yang sebenarnya pada Donghae itu hanya akan membuat hubungannya dengan Ayahnya memburuk. Bukankah berbohong demi kebaikan itu tidak apa-apa hmm?

Setelah mandi aku memutuskan untuk berjalan-jalan di taman dekat rumahku. Rasanya memang sudah lama sekali aku tidak ke sini. Semenjak musim semi aku lebih sering menghabiskan waktu di kantor mengurus masalah pekerjaan, sedangkan malam harinya aku pergi dengan Donghae.

Aku menghela nafas sembari menjatuhkan tubuhku di bangku favoritku dan Donghae dulu. Aku memandang bunga-bunga yang tengah bermekaran di taman ini. Musim semi memang sangat indah.

“Bukankah cuaca hari ini sangat indah?” tanya suara berat dari sebelahku. Aku menoleh ke kananku dan melihat seorang nenek-nenek tua tengah tersenyum padaku. Aku bahkan tidak sadar jika ada seseorang yang duduk di sebelahku. Aku terlalu terlarut dalam duniaku sendiri.

“Ah iya,” kataku setelah beberapa saat hanya ada keheningan di taman ini.

Aku melihat nenek tua itu menghembuskan nafasnya sejenak sambil melingkarkan syal yang dipakainya ke leher. “Kau sedang ada masalah berat, Nak?” tanyanya lagi.

“Eh?” jawabku kaget. Aku tercengang dengan pertanyaannya barusan. Bagaimana dia bisa tahu? Apakah terlihat jelas jika wajahku menyimpan banyak masalah? Atau dia bisa membaca pikiranku?

Nenek itu hanya tersenyum tipis, pandangannya masih lurus ke depan. “Seberat apapun masalahmu kau harus tabah menghadapinya. Bukankah setelah hujan selalu ada matahari yang bersinar cerah? Percayalah dibalik masalah yang kau terima sebuah kebahagiaan sedang menunggumu. Kau punya Tuhan yang akan selalu membantumu, kau tidak perlu takut dengan masalah yang kau terima. Kau hanya perlu menghadapinya dengan sabar dan tabah,” nasihatnya.

Aku mencerna setiap nasihat yang diberikan oleh nenek ini. Benar, aku yakin Tuhan telah menyiapkan sebuah kebahagiaan untukku. Aku tersenyum tulus ke arahnya. “Terima kasih, Nek”.

*

Seharian ini Donghae tidak menghubungiku. Aneh. Aku merasa ada sesuatu yang salah di sini. Biasanya paling tidak sekali Donghae menelponku atau mengirimiku pesan walau hanya sekedar menanyakan apakah aku sudah makan atau belum. Tapi hari ini? Tidak ada telepon atau pesan satupun darinya yang aku terima.

Terdengar dering telepon memecah lamunanku. Senyumku mengembang seketika. Pasti Donghae yang menelpon. Segera saja aku mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelpon.

“Hallo!” jawabku bersemangat. Aku bangun dari posisiku semula yang tiduran dengan berganti duduk.

“Yoong, kenapa kau tidak menceritakan padaku?” tanya penelpon diseberang dengan nada marah. Suara perempuan. Itu telepon dari Yuri, bukan Donghae. Dalam hati aku sedikit kecewa, aku mengharapkan telepon dari Donghae.

Aku menghela nafas sejenak dan mencari kata yang pas untuk memberitahukan masalah ini pada Yuri. “Aku masih terlalu terkejut,” jawabku.

Aku bisa mendengar suara helaan nafas dari seberang.

“Tadi Donghae datang ke sini mencarimu. Dia menemui Siwon kemudian menemuiku untuk menanyakanmu. Dia kelihatan sangat marah. Selama aku mengenal Donghae, belum pernah aku melihat ekspresi seperti yang ditunjukkannya tadi. Bahkan aku sempat mendengar dia berkata ‘brengsek’. Aku rasa ada sesuatu yang benar-benar membuatnya marah dan frustasi mungkin. Wajahnya terlihat kacau seperti baju yang belum disetrika,” ujar Yuri panjang lebar.

Aku hanya diam. Syok. Donghae sudah tahu aku dipecat bahkan aku belum memberitahunya. Aku tidak pernah berfikir Donghae akan ke kantorku. Bodoh. Kau kemanakan otak cerdasmu itu Im Yoona?

Aku memukul-mukul kepalaku sendiri. Tidak tahu apa kata yang pas untuk menceritakan masalah ini pada Yuri. Aku sendiri bingung, perasaanku campur aduk. Bahkan tanpa sadar aku menahan nafas saat Yuri bercerita.

“Aku besok akan ke kantor mengambil barang-barangku,” kataku kemudian menekan tombol merah pada layar handphoneku. Memotong pembicaraan sepihak. Aku bisa mendengar Yuri berteriak memanggil-manggil namaku saat aku hendak menutup telepon.

Tubuhku lemas seketika. Kakiku tidak mampu menopang tubuhku sendiri. Aku jatuh terduduk di lantai kamarku sambil tetap menggenggam handphone di tangan kananku. Sekarang aku tahu apa penyebab Donghae tidak menghubungiku hari ini. Apa yang akan terjadi selanjutnya Tuhan. Apakah Donghae akan marah karena aku tidak memberitahunya tentang masalah ini? batinku. Aku tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi besok. Dadaku sesak, nafasku tercekat.

**

Aku memutuskan ke kantor dengan mengendarai mobilku sendiri. Sampai hari ini Donghae belum menghubungiku. Hatiku mencelos saat pagi ini aku tidak mendapati mobilnya terparkir di depan rumahku. Aku merasa lemas, bahkan berjalanpun rasanya terasa sangat berat.

Aku melangkah menuju lift yang akan mengantarkanku menuju ruanganku. Suasana kantor masih tetap sama. Aku berniat mengambil barang-barangku sekaligus berpamitan kepada Siwon.

Saat berbelok ke arah dimana lift berada, tak sengaja aku mendengar suara seseorang di lorong dekat lift ini. Di dekat lift ini memang terdapat lorong yang menghubungkan ke taman kecil di ujungnya. Aku sering menghabiskan waktuku disana karena suasananya yang sepi dan nyaman. Aku berjalan lebih dekat ke arah sumber suara itu dan bersembunyi di balik tembok. Menunda tujuan utamaku ke kantor ini.

“……….Jika Appa berniat menghancurkannya, maka sama artinya Appa menghancurkanku. Aku tidak akan meninggalkannya apapun yang terjadi. Aku hanya akan menghilang darinya jika dia yang memintanya. Jadi percuma saja Appa melakukan itu,”

Aku melihat punggung seseorang dari tempat persembunyianku. Donghae. Aku yakin itu punggung Donghae, dan aku sangat hafal suara indah itu. Dan lawan bicaranya, aku hanya melihat wajahnya samar-samar yang aku yakini itu adalah Ayahnya, Tuan Lee Dongwon.

“Appa tidak bisa menggunakan kekuasaanmu untuk memecat seseorang yang tidak melakukan kesalahan apapun. Aku akan mengembalikan pekerjaannya. Aku tidak akan pernah membiarkan seorang pun menyakitinya. Siapapun yang berani menyakitinya akan berhadapan langsung denganku, sekalipun itu Ayahku sendiri,”

“Kau…..” geram Tuan Lee. Aku tidak bisa melihat terlalu jelas ekspresi Tuan Lee saat ini karena terhalang tubuh Donghae.

“Aku mencintainya. Sangat mencintainya. Jika Appa melakukan hal-hal yang menyakitinya, aku tidak akan segan-segan mengundurkan diri dari perusahaan. Aku sangat menyesal harus mengatakan hal ini padamu, Appa”

Donghae memang laki-laki yang baik. Walaupun dia berkata kasar kepada Ayahnya, dia tetap menghormatinya dengan memanggilnya ‘Appa’. Aku tahu Donghae sangat menyayangi keluarganya, terlebih Ayahnya.

Aku cukup terkejut dengan pernyataan Donghae yang ingin mengundurkan diri dari perusahaan Ayahnya. Itu sama artinya dengan dia akan meninggalkan semua miliknya. Donghae pernah menceritakan padaku jika Ayahnya sangat menjaga perusahaannya agar tetap maju. Aku yakin Tuan Lee tidak akan membiarkan itu terjadi. Dia butuh Donghae untuk tetap meneruskan perusahaan turun temurun di keluarganya itu.

Tuan Lee menghembuskan nafas sejenak. “Seberapa besar cintamu untuknya?” tanya Tuan Lee dengan nada pasrah.

“Aku mencintainya lebih dari aku mencintai diriku sendiri,” jawab Donghae tegas dan tanpa ragu-ragu.

Aku bisa mendengar setiap kata yang diucapkan Donghae dengan penuh keyakinan itu. Aku menutup mulutku. Air mataku jatuh, tubuhku merosot. Sebesar itu kah cinta Donghae untukku? Sebegitu berartinya kah aku untuknya? Sebegitu ingin kah dia melindungiku?

Donghae memang bukan jenis orang yang mengungkapkan rasa cintanya melalui sebuah perkataan, dia lebih sering mengungkapkannya melalui perbuatan. Bahkan dia tidak pernah mengucapkan ‘aku mencintaimu’ di depanku secara langsung. Dan sekarang? Aku mendengar kalimat itu secara langsung keluar dari mulutnya. Jantungku berdetak kencang sekali, darah mengalir sangat deras dari ujung kepalaku sampai ujung kakiku. Air mata mengalir begitu saja dari kedua sudut mataku tanpa bisa aku mencegahnya. Ini wujud kebahagiaan yang luar biasa, bukan wujud kesedihan.

Aku mendengar derap langkah seseorang yang mulai meninggalkan tempat itu. Langkah kaki Donghae.

“Aku tidak menyangka kau begitu mencintai kekasihmu itu. Baiklah, Appa tidak akan memaksamu. Tapi bisakah kau menganggap Tiffany sebagai adikmu? Melindungi serta menyayanginya?”

Ucapan itu sontak membuat langkah kaki Donghae terhenti. Dia tidak berbalik, tapi mendengarkan setiap kata yang terucap dari Ayahnya itu. Tuan Lee berjalan mendekati Donghae, menepuk pundaknya dan membisikkan sesuatu yang tidak dapat aku dengar kemudian berlalu sambil terus tersenyum.

Aku tidak bisa mengerti dengan semua yang terjadi di depanku ini. Aku tetap diam di posisiku, bahkan aku tidak sadar jika Donghae telah berada di depanku.

Aku mendongak. Donghae tersenyum manis kepadaku kemudian memelukku. “Ternyata benar kata Appa, kau ada disini,” ucapnya setengah berbisik. Dia mengeratkan pelukannya padaku, membenamkan kepalanya disela-sela rambutku. Jadi, inikah yang dibisikkan Tuan Lee pada Donghae tadi? Sekarang aku sadar bahwa apa yang dilakukan Tuan Lee hanyalah ingin membuat Donghae bahagia dan mendapatkan yang terbaik. Dia sama seperti orang tua lainnya.

“Kelak kau hanya boleh menangis dan bersandar di bahuku seperti ini. Aku tidak akan membiarkanmu menangis di bahu laki-laki lain Yoong,” lanjutnya tepat di kupingku. Dan aku baru sadar jika aku ketahuan mengintip. Bodoh.

**

Aku bergegas keluar dari kamar. Sejak kapan Yuri jadi rajin bangun pagi begini, gerutuku. Aku memang membuat janji dengan Yuri hari ini. dia ingin meminta penjelasan tentang masalah yang belum sempat aku ceritakan padanya.

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu di kantor aku memutuskan untuk mengambil cuti selama beberapa hari. Aku memang sudah kembali bekerja seperti dulu lagi. Masalah sudah selesai. Aku benar-benar sangat lelah setelah menerima kejutan-kejutan yang aku terima beberapa hari ini. Aku butuh istirahat yang cukup.

Aku langsung bergegas membuka pintu apartemen tanpa melihat dari layar intercom siapa yang datang. Dengan rambut yang masih acak-acakan dan piyama kuning bergambar beruang masih melekat di tubuhku aku membuka pintu apartemen. Aku bahkan belum sempat mencuci muka atau pun menyisir rambutku. Toh Yuri yang datang jadi tak ada masalah, pikirku.

Tapi siapa sangka, saat aku membuka pintu yang kudapati adalah wajah seorang laki-laki tampan yang mengenakan kemeja kotak-kotak biru yang di gulung sampai siku dengan kancing yang tidak terpasang satupun. Aku bisa melihat polo shirt hitam yang dia kenakan. Dia mengenakan celana hitam panjang serta sepatu kets putih. Rambutnya yang sedikit acak-acakan membuatnya terlihat terlalu mempesona. Sangat tampan. Untuk beberapa saat aku hanya mematung memandanginya. Sampai aku tersadar kalau laki-laki di hadapanku ini Donghae. Ya Tuhan!

Mataku melotot sempurna. Seluruh nyawaku rasanya telah berkumpul kembali. Aku baru benar-benar sadar dan terbangun dari tidurku. Refleks, aku membalikkan tubuhku dan mengutuk diriku sendiri. Bagaimana mungkin Donghae melihatku dalam keadaan seperti ini? Memalukan. Segera aku mengecek mata dan sudut bibirku, memastikan tidak ada ‘sesuatu’ disana.

Aku sangat menyesali tindakan cerobohku ini. Tidak mengecek siapa tamu yang datang terlebih dahulu. Aku berniat melangkahkan kakiku kembali ke kamar, aku benar-benar malu menemui Donghae dalam keadaan kacau seperti ini. Tubuhku tersentak tiba-tiba saat Donghae memelukku dari belakang. Ini seperti déjà vu.

“Kau sangat cantik ketika bangun tidur Yoong,” bisiknya tepat ditelingaku. Seketika bulu kudukku merinding, pipiku merona merah. Untuk beberapa saat kami bertahan pada posisi seperti ini. aku sangat menyukai saat dimana Donghae sedang memelukku dari belakang seperti ini. Dia tidak akan bisa melihat wajahku yang sangat konyol karena terlalu bahagia. Tidak bisa melihat mukaku yang sudah semerah kepiting rebus. Dan juga dia tidak akan bisa mendengar suara detak jantungku yang tidak seirama.

“Aku harus mandi Oppa,” ucapku memecah keheningan. Aku mencoba melepaskan tangannya yang melingkar di tubuhku. Kenapa di saat seperti ini aku malah ingin buang air kecil? Sial.

Donghae hanya berdehem kamudian memegang kedua bahuku dan membalikkan tubuhku sehingga menghadapnya. Dia tersenyum tipis dan mencium pipiku kilat. “Sekarang mandilah. Aku akan memasak sarapan untukmu,” katanya sambil berlalu menuju dapurku.

Aku masih berdiam diri di posisiku. Tanganku memegang pipi kiriku. Aku tidak tahu perasaan apa yang aku rasakan sekarang. Aku seperti melayang di atas awan. Lee Donghae, kenapa dia suka sekali memberiku kejutan tak terduga seperti ini? Bagaimana jika aku mati mendadak karena jantungku berhenti berdetak atas perlakuannya yang tiba-tiba itu?

*

Musim semi seperti ini memang sangat cocok digunakan untuk liburan. Kau bisa melihat keindahan alam yang luar biasa. Merasakan sensasi saat angin menerpa wajahmu. Mencium wangi bunga yang lebih harum dari minyak wangi yang kau pakai. Mendengar suara burung berkicauan yang lebih merdu dari alunan musik yang biasa kau dengar.

Donghae menggandeng tanganku menuju ke bawah pohon rindang di atas bukit ini, bukit yang beberapa bulan lalu aku kunjungi bersamanya. Sepanjang jalan dia terus tersenyum, dan itu membuatku jadi geram sendiri. Apa dia berniat tebar pesona dengan para gadis-gadis yang ada di bukit ini? Sedari tadi sudah lebih dari lima gadis yang menatap kagum padanya, dan dia masih bisa bersikap biasa saja dan tetap tersenyum. Errrr….membuatku ingin menyeretnya saja.

Aku menggelar tikar kecil yang sengaja di bawa Donghae dari rumah. Donghae meletakkan kotak makanan yang ada ditangannya lalu duduk di atas tikar. Hari ini kami akan piknik. Dia memaksaku pergi setelah aku selesai mandi tadi, dia bahkan telah memasak makanan untuk bekal piknik. Sepertinya dia memang sudah merencanakan piknik ini tanpa memberitahuku sebelumnya.

“Sudahlah Yoong jangan cemberut terus seperti itu. Nikmatilah hari-hari terakhir di musim semi ini,” kata Donghae sambil tersenyum dan mencubit pipiku. Dengan cepat aku memukul tangannya kemudian memegang pipiku.

Donghae hanya tertawa dan berganti memandang lurus pemandangan yang terhampar luas di depan kami. Sedangkan aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Aku menolehkan kepalaku ke arahnya, memandangi setiap lekuk wajahnya dari samping. Sempurna. Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikannya.

“Aku tampan kan? Kau tidak perlu melihatku seperti itu Yoong. Kau akan melihatnya setiap hari kan?” ucapan Donghae menyadarkanku. Seketika aku memalingkan wajahku, menatap hamparan bunga di depanku. Donghae hanya tersenyum tipis melihat reaksiku. Wajahku pasti sudah memerah sekarang. Sial! Aku tertangkap basah memandanginya.

*

Hari sudah menjelang sore, pengunjung di bukit ini sudah mulai berkurang. Tapi aku tidak berniat untuk meninggalkan bukit ini. Aku masih ingin menikmati pemandangan yang disuguhkan di bukit ini.

Ck. Kemana perginya Donghae? Kenapa dia lama sekali? batinku. Donghae membawaku ke sebuah gubuk kecil di tengah kebun bunga, dan sekarang dia meninggalkanku sendiri di sini. Dia bilang dia ingin pergi membeli minuman. Tapi sudah lima belas menit dia tak kunjung datang.

Tak berselang lama aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Aku menoleh ke belakang. Mataku terbelalak. Aku melihat Donghae membawa seikat bunga mawar kuning di tangan kirinya dan seikat mawar biru di tangan kanannya. Mungkin ada sekitar lima puluh bunga mawar di genggamannya. Dia mendekat ke arahku dan meletakkan bunga mawar itu tepat di pangkuanku. Dia terlihat sedikit kewalahan.

“Dari mana kau mendapatkannya Oppa?” tanyaku langsung. Aku tidak menyangka dia bisa mendapatkan mawar kuning dan biru yang sangat langka itu. Aku memang sangat menyukai bunga mawar. Dan mawar kuning dan biru adalah mawar favoritku.

“Kau menyukainya kan?” katanya seraya tersenyum ke arahku, mengabaikan pertanyaanku tadi. Sejak kapan dia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan seperti ini? Tanyaku pada diriku sendiri.

Dia memegang kedua tanganku erat sambil menatapku. Aku pun membalas tatapannya.

“Aku akan membuatmu bahagia selalu Yoong. Aku ingin selalu melihat senyum indahmu itu setiap hari. Aku tidak akan membiarkan senyum itu meredup atau bahkan menghilang,”

“Terima kasih karena kau telah mencintaiku, Oppa”

Dia menggenggam tanganku semakin erat. Berusaha meyakinkanku bahwa ucapannya tulus dan sungguh-sungguh. “I love you more than words can wield the matter, dearer than eyesight, space and liberty,” lanjutnya.

Aku mengerjapkan mataku sesaat. Sedikit kaget dengan ucapannya itu. Aku tersenyum ke arahnya, memberikan senyum terbaik yang aku miliki. “Donghae Shakespeare,” kataku kemudian.

Donghae tertawa mendengar perkataanku barusan, entah apa yang dia tertawakan. “Astaga! Aku lupa kalau aku memiliki kekasihku yang sangat cerdas,” celetuknya.

Aku pun ikut tertawa mendengar penuturannya barusan. Setelah beberapa bulan yang lalu aku mendengar pujian itu dari Ayah Donghae, sekarang aku mendengarnya langsung dari mulut Donghae.

Aku berusaha menguatkan hatiku. Ada sesuatu yang harus aku katakan pada Donghae. Hal ini terus saja mengganjal di hatiku, membuatku tidak tenang saja.

“Oppa….” kataku membuat Donghae menghentikan tawanya. Dia menoleh ke arahku dan melayangkan tatapan bertanya.

Aku menarik nafasku dalam-dalam dan menghembuskannya. Aku mendekatkan bibirku ke telinganya. “Aku mencintaimu,” bisikku tepat ditelinganya.

Aku segera menjauhkan wajahku darinya. Aku tidak berani menatap Donghae atau sekedar menoleh ke arahnya. Aku tidak peduli dengan tanggapan Donghae. Aku rasa sudah saatnya aku mengucapkan kalimat itu, walau aku tahu kalimat itu tidak terlalu penting untukku dan Donghae. Karena masing-masing dari kami tidak perlu mengungkapkan rasa cinta dengan kata-kata, tetapi cukup dengan perbuatan.

Donghae memegang bahuku, membuatku menghadap ke arahnya dengan wajah yang menunduk. Dia menarik daguku sehingga aku dengan terpaksa mendongak. Matanya menatapku tepat di manik mataku. Aku tidak bisa melihat apapun selain mata indah miliknya. Donghae tersenyum manis ke arahku.

“Aku juga mencintaimu. Sangat mencitaimu, Sayang,” ucap Donghae dengan sungguh-sungguh. Dia mendekatkan wajahku ke wajahnya kemudian mendaratkan kecupan kilat dibibirku. Membawaku ke dalam pelukannya. Aku tersenyum sambil memegangi bibirku di dalam pelukannya.

Beginikah rasanya bahagia? Mendengar orang yang amat kau cintai melontarkan kalimat yang kau tunggu-tunggu. Aku seperti berada di atas awan, dunia seakan ada dalam genggamanku. Donghae mengucapkan kata yang paling aku tunggu-tunggu. Dan sebagai bonusnya dia memanggilku dengan kata ‘sayang’. Jika biasanya aku akan merasa mual saat mendengar kata itu, tetapi sekarang berbeda. Saat Donghae mengucapkannya, kata itu berubah menjadi salah satu kata paling indah di dunia. Aku bahkan ingin Donghae memanggilku seperti itu terus.

Langit hari ini begitu cerah. Bunga-bunga seakan menari merayakan kebahagiaanku. Burung-burung saling berkicau dengan indahnya. Aku mengingat semua kejadian yang aku alami setiap harinya di musim semi ini. Baik kejadian yang membuatku menangis ataupun tertawa. Aku sangat mensyukurinya. Aku mendongak ke atas, berucap syukur atas apa yang telah terjadi hari ini.

Hari-hari di musim semi ini adalah hari-hari yang sangat berkesan untukku. Aku mendapatkan banyak sekali kejutan. Baik berupa kebahagiaan maupun cobaan. Percayalah bahwa dibalik cobaan pasti ada kebahagiaan yang menanti. Seberapa berat cobaan yang aku hadapi selama musim semi ini aku tidak pernah menyesalinya. Aku mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa. Aku akhirnya mengetahui sungguh besar cinta Donghae untukku. Betapa berartinya diriku untuknya. Terima kasih Tuhan karena kau telah membiarkanku mengenal laki-laki bernama Lee Donghae.

“Yoong, kau belum membalas ciumanku. Ayo cium aku sekarang!” bisik Donghae tiba-tiba.

Aku segera melepas pelukannya, mataku melotot ke arahnya. “APA??!!”

Donghae hanya tertawa dan kembali membenamkan kepalaku ke dalam pelukannya.

***

“You became a bright light to me, who was exhausted by the world. Even if winter comes at the end of this narrow road, we walk together. If you would hold my hand, to me, this rough world will be like spring days. How great is your love.” – Im Yoona

Gimana? Masih kurang romantiskah? Aku emang gak jago bikin cerita romantis HEHE-_- Ngomong-ngomong ada yang mual nggak abis baca ini? Maaf kalo ceritanya jadi norak dan alay gini. Dan maaf kalau endingnya mengecewakan –lagi- dan terima kasih yang sudah membaca dan comment^^


Trackbacks & Pingbacks

Comments

  1. * kyuli says:

    hyaa , FF Nyaa Romantis banget 😀
    Gak bisa berkata-kata deh *plak #lebay .

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  2. * lya_yoonhae says:

    Daebak chingu,,

    Bagus aq suka ceritanya..
    Emang sech kurang romantis, tpi bagus ko..

    Dua jempol buat chingu…

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  3. * SONELF says:

    Romantis bnget nih FF !!

    Udah gak bisa berkata2 lagi

    FF DAEBBAKK !! 😀

    10 jempol buat author *eh ._.*

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  4. * Indahnyaaja says:

    Daebak chingu
    bagus kok ,,,,,,,,,;)

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  5. * kh4nza says:

    wow, daebak! Aq suka bgt critanya, romantis abizzzz kkk 😀

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  6. * jeanitnut says:

    Err…ada beberapa kesalahan dalam penulisan cerita ini. Ada yang sadar nggak? Pertama, dicerita ini musim seminya selama berbulan-bulan, padahal aslinya enggak. Kedua, ada penulisan nama perusahaan yang salah, harusnya Lee Corporation bukan Fishy Grup. Ketiga, banyak penggunaan kata ulang yang malah jadi aneh dan beberapa typo.
    Well, aku minta maaf karena kesalahan itu. Lain kali bakal ngecek lebih teliti hehe
    Thanks yang udah baca:D /tebar mawar putih/

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  7. * Ilma Dini says:

    Daebak! bagus-bagus jen *puk-puk*
    tapi kurang gregeeettt! harusnya donghae sama appanya sampe lempar-lemparan meja sama kursi~ tapi overall bagus kok 🙂
    cuma mgkn kurang terkonsep, makanya lo kelupaan musim seminya jadi kepanjangan.
    buat lagi ya, yoona sama donghae nikah, bulan madu, punya anak. oke? ini request, dan sebagai penulis yang baik, lo wajib ngabulin rewuest gue *slapped.
    ❤ ❤

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  8. * mochichi says:

    bagus kok ceritanya
    daebak!
    so sweet bgt YoonHae dsni ^^

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  9. * evi says:

    uh.. author ini mah emang bukan ff romantis. bisa di bilang ini super romantis .hehehe/… Ciee donghae oppa keren n romantis bget ama yoona unie. Bikin geregetan. AUTHOR DAEBAK … lanjut bkin ff yoonhae ya author

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  10. * Cho Soo Kyo says:

    Keren,,,kpn nikah’y neh…??

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  11. * Tata says:

    Ya unnie….ni FF dh romantis bgt.
    Sbgitunya haeppa mencintai yoong unnie….yoonhae emang no 1.hahaha.

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  12. * ghesiwa says:

    ah, halo author!
    hehe siapa bilang ini kurang romantis? saya bacanya sampe senyum2 dan malu sendiri /)\\\(\
    sesuai sama apa yg author tulis di sini, Donghae tidak mencintai dgn kata2 tapi dgn perbuatan begitu juga dgn yg saya rasakan, romantis yg saya dapat tidak dgn kata2 manis tapi tingkah laku Hae ke YoonA hehe itu luar biasa banget thor ^^
    cuma ya ada yg saya agak bingung hehe kok bisa tiba2 Hae sama ayahnya ada di kantor YoonA (adegan Hae bertengkar dgn Ayah)?
    selebihnya udah bagus kok, cerita gak gantung dan pemilihan bahasa yg sederhana tapi halus juga sudah pas.
    oh dan ternyata ada kesalahan penulisan perusahaan ya hahaha pantes saya sempet ngerasa aneh dan ngerasa lucu dgn nama Fishy Group XD
    thumbs up deh, ditunggu karya selanjutnya thor 😀

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
    • * jeanitnut says:

      thanks chingu commnetnya hehe. aku mau ngejelasin waktu hae bertengkar sama ayahnya.
      1. ayah donghae itu kan bekerja sama dengan perusahaan siwon (kantor yoona) nah waktu itu kan emang ayahnya hae ngajak yoona ngomong.
      2. aku emang gak ngejelasin dari mana donghae tau ayahnya ada di kantor yoona, tapi secara gak langsung donghae kan tau kalo ayahnya bekerja sama dengan perusahaan siwon. itu kan waktunya siang hari, seperti biasa donghae bakal ngajak yoona makan siang. jadi ya gak sengaja donghae ketemu ayahnya di kantor yoona (di pas-pas-in aja) /plak

      | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  13. * hae90 says:

    Kyaaa
    romantis bgt! ><

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  14. * vina says:

    So sweet thor >.<
    Daebak !!!

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  15. * aiko says:

    so sweet..like this..

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  16. * dinikhaerani says:

    DAEBAK!
    gak bisa ngomong apa2 lagi hehe

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  17. * tiya says:

    ya ampun
    ff nya keren + so sweet….

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  18. * Lyka_BYVFEGS says:

    sebelum comment, aku mau minta maaf dulu karena baru bisa comment skarang. sebenarnya aku udh baca dari hari pertama publish tapi waktu itu lewat HP dan ga bisa buat comment…

    aku suka dech ceritanya…
    aku pikir appa donghae oppa ga bakal merestui mereka, tapi ternyata direstui juga.
    aku tunggu musim selanjutnya…

    keep writing chingu!!!
    tak bantu dengan do’a…

    semangat!!!

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  19. * Yoonaddict says:

    wah daebak~~~
    aku suka ceritanya eonni

    Di tunggu yg selanjtnya yah eonni
    Fighting 🙂

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  20. * yenny_yoonhaelovers says:

    speechless.. donghae oppa keterlaluan romantis’n!! bner2 iri sama yoona… ><
    buat lg ff yoonhae yg bnyk ya author yg baik ^^

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  21. * mimimi says:

    Bagus banget!! <3<3

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  22. bikin lagi pas autumn sama summer, nikahkan yoonhae..

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  23. * ginaddictyoong says:

    kerenn bnget thor
    kata”a romantis
    pas bnget kaya baca novel .
    Deg”an waktu bacanya kirain YoonHae bkal pisah
    thor trus bikin ff YoonHae nya .
    Di tnggu trus cerita YoonHae nya .

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  24. * ginaddictyoong says:

    bagus bnget thor
    kata”a romantis
    pas bnget kaya baca novel .
    Deg”an waktu bacanya kirain YoonHae bkal pisah
    thor trus bikin ff YoonHae nya .
    Di tnggu trus cerita YoonHae.

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  25. * AFishandeer says:

    Gila thor gila banget ! *apasih* Gilaaa gue suka bgt sama ini FF !!!
    kata-katanya keatur bgt, rapih, bagus kaya novel-novel gitu 😀

    masih ada 2musim lagi kan? autumn and summer 🙂
    Ditungguuuuuuuuu

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  26. * kim puput says:

    keren banget….
    jadi pingin liat kelanjutannya…
    ada gak?
    penasaran banget…
    kukira mereka bakalan pisah…
    dan yoona sedih banget….
    ternyata enggak jadi…
    seru…
    klo ada kelanjutannya…
    aku tunngu ya?
    pasti aku tunggu..
    jadi gk sabar buat baca cerita selanjutnya…
    dan cerita yang lain…
    bikin cerita yg banyak ya…
    meskipun lama buat ceritannya..aku tunggu kok…
    sip deh…
    #terus berkarya#

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  27. * meti says:

    kyaaa so sweet banget. Walaupun jarang bilang ‘aku cinta kamu’ tapi tetep so sweet. Malahan karna jarang bilang jadi pas sekali nya bilang serasa romantis banget :*
    Jadi cowo yang dingin itu pasti ada titik romantis nya yang lebih dari cowo cowo romantis lainnya *apaseh*
    Daebak 🙂

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  28. romantis banget!
    berharap hubungan yoonhae seromantis itu^^

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  29. * Indahnyaaja says:

    Cman bsa blng daebak chingu…….

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  30. * Haenha~Elfishy says:

    The briliant ff,author.a asli jenius abiez..
    Smpe geleng” kpla koq bza sedemikian nyatanya author berimajinasi.
    Daebak,kerenz ng.byangin aq sma haeppa yg romantis abz..plaak..*d gampar yoona.
    Minta sequel donk thor.

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  31. * Elfishkhun0623 says:

    Wua daebak thor, keke
    lanjutkan ya, walaupun ada beberapa yang kurang ngerti tapi bagus kok, keep writing ya ^^

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  32. * yo0nnie says:

    0moo. . Dua2.a keren bgd. . Daebak bwt author. . 4 jemp0l 4 u

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  33. * aniya1004 says:

    Tifany siapa yak?? apa uda ada di chap 1? *ketahuan belum bca* xDD itu alasan yoona dikeluarin knp? Papih siwon g ada dialognya.. KkKk’:D

    | Reply Posted 12 years, 1 month ago
  34. * aegi says:

    asyik~ aku menemukan ceritamu disini, tor~
    berusaha buat ngga jadi silent reader.. mohon petunjuknya.. 🙂
    oiya, aku selalu suka dgn permainan kata2mu di semua FFmu..
    kereennn 🙂

    | Reply Posted 11 years, 11 months ago
  35. * febrynovi says:

    Author FF-nya ga ngebosenin dan alay kok, BAGUS BANGET malahan 
    Aku udah kayak orang gila aja senyam senyum sendiri LOL
    NICE FF 

    | Reply Posted 11 years, 10 months ago
  36. * SweetYoong says:

    DAEBAK THOR!!!! 😀
    aku bener2 suka FF ini!! feelnya dapet..
    pokoknya DAEBAK!! Keep writing ya~^^

    | Reply Posted 11 years, 5 months ago


Leave a reply to dinikhaerani Cancel reply