YoonHae Fanfics Library



[One-shot] I Love My Baby and You

Author : Elfishysparkyu

Genre : Romance, Drama

Cast : Yoona x Donghae x Yuri x Siwon

Rating : PG-16

Title : I Love My Baby and You

I Love My Baby and You

Yoona meremas-remas tangannya gemas. Rasanya ingin marah, ingin menangis, menyesal, tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Ia hanya bisa meratapi nasibnya.

“Andai kau tidak ada, aku pasti sudah bahagia. Andai kau tidak ada, aku pasti sudah menikah dengannya. Kau menghancurkan semuanya.” dipukul-pukulnya perutnya sendiri.

“Apa yang kau lakukan?” pekik Donghae menghentikan aksi Yoona. Ditangkapnya kedua tangan istrinya itu.

“Aku benci padanya. Aku benci pada bayi ini.” Yoona menjerit.

“Dia tidak tahu apa-apa. Kalau kau mau membenci, bencilah aku. Jangan anakmu.”

“Yah, aku memang membencimu. Kau dan anak ini. Kalian yang menghancurkan hidupku. Seharusnya aku tidak pernah bertemu denganmu. Seharusnya malam itu tidak pernah terjadi. Dan seharusnya anak ini tidak pernah ada.” airmatanya tumpah seketika itu juga.

Jujur, ia belum bisa terima pernikahan ini. Dan juga kehadiran janin dalam rahimnya. Kalau saja malam itu ia tidak ikut reuni SMA kakaknya. Kalau saja Donghae tidak mabuk. Kalau saja ia tidak terjebak permainan teman-teman kakaknya dan dikurung bersama Donghae dalam sebuah kamar. Sekarang ia pasti sudah menikah dengan orang yang dicintainya. Bukan menjalani pernikahan palsu seperti ini.

“Saat anak itu lahir, kita akan bercerai. Kau tenang saja, biar aku yang mengurusnya. Dan kau bisa kembali pada tunanganmu itu.” ucap Donghae tenang.

Dihadapannya Yoona menunduk dalam. Apakah bisa semudah itu?

“Kau pikir dia akan menerimaku lagi? Kau pikir dia mau menerima bekasmu?”

“Kau bicara apa? Itu sama artinya kau merendahkan dirimu sendiri.” Donghae ikut terbawa emosi.

“Lalu apa yang bisa kulakukan? Semua tidak akan bisa kembali seperti dulu.”

“Aku mohon jaga baik-baik anakmu. Biarkan dia tetap lahir ke dunia. Aku nanti yang akan merawatnya. Dan kau raihlah kembali impianmu itu. Aku janji akan melepaskanmu dan mengembalikanmu padanya. Tapi tunggulah sampai anakku lahir. Jika dia mencintaimu, dia pasti akan menerimamu apa adanya.” pintanya sekali lagi.

Yoona hanya diam, terus berpikir dalam kekalutannya. Apakah nanti semuanya akan tetap baik-baik saja? Apakah semuanya akan tetap sama seperti dulu? Rasanya terlalu susah untuk dibayangkan.

~ ~ ~ ~ ~

“Kenapa kita satu kamar? tidak adakah kamar lain?” protes Yoona saat mereka menempati apartement barunya.

“Masih ada satu kamar. Tapi aku jadikan gudang. Apa kau mau tidur disana?”

“Kau sengaja ya?”

“Aku hanya ingin mengawasimu agar kau tidak bertindak bodoh pada anakku.”

Yoona mendecah. “Awas ya,jangan macam-macam padaku.” ancamnya.

“Kau istriku, terserah aku mau melakukan apa.” balas Donghae.

Yoona langsung cemberut kesal.

“Tenanglah, memangnya apa yang bisa kulakukan pada wanita hamil sepertimu.”

“Kau pikir ini perbuatan siapa?” Yoona jengkel sendiri.

“Sudahlah, aku mau tidur.” Donghae merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

“Lalu aku tidur dimana?”

“Terserah kau, di sofa juga boleh, di bawah juga boleh.” ucap Donghae enteng.

“Aku sedang hamil, kenapa kau tega sekali?”

“Ternyata kau sadar kalau kau hamil.”

Yoona mendecah. “Minggir.” perintahnya lalu menaruh guling ditengah-tengah ranjang. “Awas kalau kau melewati batas.” ancamnya.

Tapi Donghae sama sekali tak menggubrisnya. Ia malah menutupi kepalanya dengan selimut.

Dan itu membuat Yoona semakin kesal. Ditariknya selimut itu kasar.
“Heh,kenapa kau tidur? Barang-barang masih berantakan. Pakaian juga belum ditata.” omelnya.

“Nanti kita suruh orang melakukannya. Atau kalau kau mau kau saja yang merapikannya.” ucap Donghae enteng dan kembali menutupi kepalanya, kali ini dengan bantal.

Yoona mendesis jengkel, rasanya ingin mencekik orang disebelahnya itu.

Dengan sengaja ia memukul-mukul bantal yang menutupi kepala Donghae. “Huh, kau memang menyebalkan.” gerutunya.

“Kau mau membunuhku?” teriak Donghae bangkit dari tidurnya. “Kau mau anakmu lahir tanpa ayah?”

“Memang seharusnya bukan kau yang menjadi ayah anakku. Lagipula ini anakmu bukan anakku.” tegas Yoona

“Terserah.” Donghae beranjak pergi.

“Kau mau kemana?”

“Kamar mandi, kenapa? kau mau ikut?”

Yoona langsung memanyunkan bibirnya. Kehidupan rumah tangga macam apa yang ia jalani ini.

~ ~ ~ ~ ~

Yoona melangkah ragu. Ia sangat mengharapkan saat seperti ini. Saat sang tunangan kembali dari Prancis. Lalu pernikahan yang sudah di depan mata. Tapi bukan dengan keadaannya yang sekarang. Karena itu tidak akan mungkin terjadi. Pernikahan impiannya itu harus ia kubur dalam-dalam.

Dihembuskannya nafasnya pelan. Mencoba menenangkan diri. Kau bisa Im Yoona, batinnya.

Seorang namja tampan tersenyum manis padanya. Choi Siwon, tunangannya.

Yoona hanya tersenyum canggung dan berjalan pelan ke arah Siwon.

“Aku merindukanmu Yoona.” Siwon refleks memeluk Yoona.

Tapi Yoona langsung melepaskan dirinya. “Maafkan aku Siwon oppa.” ucapnya.

Siwon paham, ia lalu mempersilahkan Yoona duduk.
“Kenapa kau tidak bilang padaku?” tanyanya kemudian.

Yoona sangat mengerti apa yang dimaksud Siwon, tapi ia tak mampu berkata apapun. Ini terlalu sakit. Sakit untuk Siwon dan untuk dirinya sendiri.

“Kalau kau jujur padaku, aku akan menikahimu. Aku tak peduli keadaanmu, aku bisa menerima anak yang kau kandung. Bukankah harusnya kita menikah saat aku kembali. Kenapa kau tidak menungguku? ” ucapan Siwon ini serasa mengiris ulu hati Yoona.

“Mian.” hanya kata itu yang mampu ia ucapkan.

Siwon mengelus rambut Yoona pelan. “Kau tak perlu minta maaf. Aku tahu semuanya. Aku akan menunggu sampai anak itu lahir dan kita bisa bersama lagi.”

Yoona terperanjat, apa ia tidak salah dengar? namja ini manusia atau malaikat.

“Pasti Yuri onnie yang cerita semuanya.” tebaknya.

“Ne. Dan aku bisa terima keadaanmu sekarang.”

“Maafkan aku Siwon oppa.” ujar Yoona, ia merasa bersalah yang amat sangat.

“Sudah kubilang kau tak perlu minta maaf. Ini diluar kehendakmu. Aku akan menunggu sampai urusanmu dengannya selesai. Setelah itu menikahlah denganku.”

Yoona menatap Siwon ragu. Tapi tatapan mata Siwon seakan meyakinkannya. Akhirnya ia mengangguk, betapa beruntungnya ia mempunyai tunangan sesempurna Siwon.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Ini untuk kesekian kalinya Yoona harus bolak-balik kamar mandi karena mual-mualnya yang sangat hebat. Apapun yang ia makan pasti langsung ia muntahkan kembali.

“Kenapa kau merepotkan sekali?” desisnya sendiri.

Ia sudah sangat lemas. Tapi perutnya masih terus saja bergejolak.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Donghae khawatir.

“Tentu saja apa-apa. Kau tidak lihat aku muntah-muntah terus. Anakmu ini sungguh merepotkan.”

“Anakmu jugakan.” tegas Donghae

“Tidak, dia anakmu.”

“Apa kau perlu sesuatu? Apa aku buatkan teh hangat saja? Mungkin bisa sedikit lebih baik.” tawar Donghae.

Yoona mengangguk mengiyakan, semoga saja itu benar membuatnya lebih baik. Karena ini sungguh sangat menyiksa dirinya.

“Minumlah.” Donghae menaruh segelas teh hangat dihadapan Yoona.

Yoona langsung meneguknya sedikit. “Aku lemas sekali.” ucapnya pelan.

“Apa perlu ke dokter?”

“Tidak usah.”

“Benar tidak perlu ke dokter? Wajahmu pucat sekali.” khawatir Donghae.

Yoona menggeleng. “Aku hanya butuh istirahat. Bawa aku ke kamar.” pintanya.

Donghae memapahnya pelan dan menidurkannya diranjang.
“Ada lagi yang kau butuhkan?” tanyanya.

Yoona menggeleng. “Aku mau tidur.” ucapnya dengan mata terpejam.

“Baiklah, tidurlah.” Donghae menyelimuti tubuh Yoona. “Mian.” bisiknya.

Yoona seketika membuka matanya. “Maaf untuk apa?”

“Maaf untuk semuanya. Maaf untuk yang terjadi di malam itu. Maaf telah membuatmu harus menikah denganku. Maaf karena sekarang anakku merepotkanmu. Dan terima kasih kau sudah mau mempertahankannya.”

Yoona hanya diam, ia sibuk berpikir sendiri. Ia memang benci anak ini. Ia tidak suka kehadiran janin ini dalam rahimnya. Tapi ia sama sekali tak berniat untuk menggugurkannya.

“Tak apa, toh ini tidak selamanyakan? Semua akan selesai saat aku melahirkannya.” ucap Yoona tersenyum.

Donghae menatapnya heran. Sungguh Yoona sedang tersenyum kali ini.

“Aku dengar dia sudah kembali dari Prancis. Apa kau sudah bertemu dengannya?”

“Ne.”

“Lalu?”

“Semuanya akan kembali seperti dulu. Dia mau menungguku.”

“Oh, bagus kalau begitu.” ujar Donghae datar.

~ ~ ~ ~ ~ ~

“Siwon oppa, maafkan aku baru bisa menemuimu. Beberapa hari ini aku kurang enak badan.” ucap Yoona tergesa, dihampirinya Siwon yang telah lama menunggunya.

“Apa kau sakit?”

Yoona menggeleng. “Anio, aku hanya sering mual dan muntah.”

“Itu wajar untuk orang hamil.”

“Siwon oppa, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu. Apa keluargamu tahu tentang keadaanku?” tanya Yoona ragu. Pertanyaan inilah yang terus berkelebatan di benaknya.

Siwon tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. “Maaf, aku tidak bisa cerita pada mereka. Biarlah ini menjadi rahasia selamanya.”

Sudah Yoona duga, tentu saja tidak mungkin keluarga Siwon yang terpandang. Pemilik departement store besar diParismau menerima keadaannya.

“Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Saat kita menikah nanti dan aku membawamu keParis, mereka akan menerimamu sebagai Yoona yang dulu.” ucap Siwon menenangkan.

“Aku takut oppa, aku takut kalau mereka tahu bagaimana? Aku yakin orangtuamu pasti membenciku.”

Siwon menghela nafas pelan. “Sebenarnya itu juga yang aku khawatirkan. Makanya aku sangat menyesal saat tahu kau hamil tapi semuanya sudah terlambat. Andai saja kau memberitahuku, aku akan langsung menikahimu dan mengakuinya sebagai anakku.”

“Maafkan aku Siwon oppa.” lagi-lagi Yoona hanya bisa menunduk dan minta maaf.

“Yoona, semua yang sudah terjadi tak perlu kau sesali.”

“Siwon oppa, apa ini namanya aku sedang berselingkuh?” tanya Yoona kemudian.

Siwon menaikkan sebelah alisnya.

“Maksudku, saat aku sudah menikah tapi masih berhubungan denganmu, apa ini namanya selingkuh?” ulang Yoona.

“Tidak, ini tidak termasuk selingkuh. Bukankah ini memang yang seharusnya terjadi. Kau dan aku sudah bertunangan, sampai dia masuk dalam kehidupanmu.”

Yoona mengangguk, meski ia tak begitu paham.

“Apa suamimu baik padamu?”

“Entahlah, kadang baik, kadang menyebalkan, kadang bersikap manis, kadang membuatku ingin membunuhnya.” Yoona menerawang, memang itu kenyataannya.

Siwon tersenyum mendengarnya. “Bersabarlah. Suatu saat semuanya akan berakhir dan kita akan bahagia.” hiburnya menepuk-nepuk pundak Yoona.

~ ~ ~ ~ ~ ~

“Yuri onnie, kapan kau datang? Kau tidak bersama eomma?” pekik Yoona riang dan langsung berhambur memeluk Yuri, kakaknya.

“Aku sendirian, lain kali aku akan mengajak eomma. Apa kau baik-baik saja? Donghae tidak ada?” tanya Yuri.

Yoona mengangguk. “Dia ke kantor. Seperti yang kau lihat onnie, aku baik-baik sajakan. Apa kau juga baik? lalu eomma, apa migrainnya masih sering kambuh?”

“Aku baik, eomma juga baik. Tenanglah migrainnya sudah tidak pernah kambuh lagi.”

“Syukurlah.”

“Sebenarnya aku kesini karena ada yang ingin kubicarakan denganmu. Aku sudah bertemu dengan Siwon oppa. Dia sudah cerita semuanya. Tapi apa kau tidak kasihan padanya? Apa tidak lebih baik kau gugurkan saja kandunganmu itu?”

Yoona terperanjat. “Onnie, aku tidak sejahat itu.” pekiknya.

“Ini untuk kebaikanmu. Gugurkan bayimu, bercerailah dengan Donghae. Dan kau bisa menikah dengan Siwon oppa.”

“Tapi Siwon oppa bersedia untuk menungguku sampai bayi ini lahir.”

“Iya, aku tahu. Tapi apa kau tidak memikirkan perasaannya. Kenapa kau memikirkan dirimu sendiri. Kau tega sekali Yoona.”

“Lebih tega lagi kalau aku membunuh anakku sendiri onnie.” lirih Yoona, airmatanya mulai mengalir pelan.

Yuri terlihat kesal. “Aku malu sekali pada Siwon oppa. Kau tahu sendiri kami bersahabat saat kuliah. Lalu seharusnya kami sudah menjadi keluarga saat dia menikahi adikku, kau. Tapi sekarang, kau mengecewakannya. Sungguh, aku merasa tidak enak pada Siwon oppa.”

“Onnie, Donghae oppa juga teman SMAmukan? Kenapa kau harus merasa bersalah pada Siwon oppa sampai seperti itu. Lagipula saat anak ini lahir Donghae oppa yang akan merawatnya. Saat itu aku masih bisa menikah dengan Siwon oppa.”

“Ceritanya lain, kau dan Siwon oppa sudah bertunangan. Aku merasa kalau anak itu masih hidup suatu saat dia bisa membuat masalah.”

“Yuri onnie, kenapa kau bicara seperti itu?” Yoona tak menyangka Yuri bisa setega itu.

“Aku bicara kenyataan, bagaimana kalau saat anak itu dewasa lalu mencari ibunya. Dan disaat itu kau sudah menikah dengan Siwon oppa. Bagaimana tanggapan keluarga Siwon oppa nanti? Yah, walaupun kau nanti tinggal diParistetap saja itu masih bisa membahayakanmu.” Yuri terus saja mendesak. “Pikirkanlah baik-baik. Aku pergi.” pamitnya.

Meninggalkan Yoona dalam kekalutannya.
“Maafkan aku Yuri onnie, aku tidak bisa.” lirihnya.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Yoona mematut dirinya didepan cermin. Membolak-balik badannya, depan, belakang, samping berkali-kali. Sesekali memegangi perutnya yang sedikit kentara itu lalu tersenyum sendiri. Memasuki bulan ketiga memang belum terlihat perubahan yang mencolok.

Tidak tahu kenapa perasaannya sangat bahagia. Padahal ia masih belum terima dengan kehamilannya. Entahlah, mungkin bawaan bayi atau apa.

Donghae yang sedari tadi melihat tingkah polah Yoona, tersenyum sendiri. Apalagi melihat Yoona yang senyam-senyum sambil memegangi perutnya.

Yoona yang sadar diperhatikan langsung menghentikan kegiatannya. “Kenapa melihatku seperti itu?” tanyanya sinis.

“Tidak, lanjutkan saja.” Donghae mengekeh geli.

Dan itu membuat Yoona merasa diejek. Ia merasa Donghae sengaja mengejeknya karena melihat apa yang ia lakukan tadi.

“Ih, dasar menyebalkan.” diraihnya bantal sofa didekatnya dan dilemparnya begitu saja ke arah Donghae.

Donghae menangkapnya. “Kenapa kau?” herannya melihat Yoona uring-uringan sendiri.

Yoona terus saja cemberut tanpa alasan. Ia marah, lebih tepatnya malu dengan tingkahnya tadi. Ia selalu berkata benci anaknya tapi yang dilakukannya tadi, bukankah itu kebalikannya.

“Belikan aku es krim yang di ujung jalan sana.” pintanya kemudian.

“Apa? Ini sudah malam, besok saja. Lagipula diluar hujan sangat deras.”

“Aku tidak mau tahu, belikan sekarang.”

“Kau ini merepotkan sekali.” Donghae menggerutu sendiri tapi tetap berangkat juga.

“Bukan aku tapi anakmu.” Yoona tak mau kalah.

~

“Ini.” Donghae menyerahkan sebuah bungkusan kecil berisi es krim itu pada Yoona.

“Taruh di kulkas saja, ini sudah malam aku mau tidur.” ucap Yoona dengan santainya.

“Kau ini. Tahu begitu lebih baik beli besok saja. Aku tidak perlu kehujanan malam-malam hanya untuk es krim ini.”

“Kenapa marah? Itukankeinginan anakmu, bukan aku. Kaukansangat menyayanginya, jadi turuti saja.”

“Aku rasa ini ulahmu yang sengaja ingin membuatku kesal.” tebak Donghae, dan tebakannya memang tepat.

Lihatlah Yoona,iatersenyum penuh kemenangan.

~ ~ ~ ~ ~ ~

“Yah, kau memasuki wilayahku.” Yoona memekik histeris saat tangan Donghae melewati guling pembatas ranjangnya.

Donghae tetap tak bergeming.

“Bangun.” Yoona berteriak lagi tapi tetap tak ada tanggapan.

“Dasar kau ini.” disingkirkannya tangan Donghae itu. “Kenapa panas sekali.” batinnya.

Ia beralih ke kening Donghae, sama panasnya. Ya Tuhan, dia sakit. Yoona panik sendiri.

“Kau kenapa? Kau demam?” hebohnya sambil mengguncang-guncang tubuh Donghae.

“Jangan ganggu aku. Biarkan aku tidur nanti juga sembuh sendiri.” ucap Donghae masih memejamkan matanya.

Yoona jadi ingat, apa ini karena Donghae kehujanan semalam saat membeli es krim untuknya.

Jadi secara tidak langsung ini gara-gara dia. Yoona jadi merasa bersalah. Tapi segera ia menepisnya. “Masa kehujanan sedikit saja langsung sakit, dasar namja cengeng.” batinnya.

~

“Aku sudah memasak bubur untukmu, makanlah. Di kotak obat juga masih ada obat demam. Aku mau pergi, apa kau tidak apa-apa aku tinggal sendirian?” tanya Yoona sambil sibuk membubuhkan make up di wajahnya. Sebenarnya ia ada janji dengan Siwon hari ini.

“Ne.” jawab Donghae masih bergumul dengan selimutnya.

“Bangunlah, kalau kau tidur-tiduran terus tidak akan cepat sembuh. Lebih baik sekarang kau bangun, mandi, makan, dan minum obatmu. Aku pergi, benar kau tidak apa-apa sendirian?” tanya Yoona lagi, tangannya menenteng sebuah tas mungil, ia siap berangkat.

“Iya, pergilah. Cerewet sekali, aku bukan anak balita yang tidak bisa mengurus diriku sendiri. Memangnya kau mau pergi kemana sepagi ini?”

“Aku..” kata-kata Yoona tercekat sesaat. Kenapa tiba-tiba muncul perasaan tidak enak? Kenapa rasanya sulit sekali untuk mengatakannya?

“Aku pergi dengan Siwon oppa.” lanjutnya pelan. Dan kenapa kini rasa bersalah yang menyelimuti hatinya.

Yoona menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri. Mencoba menepis kegundahannya.

“Aku pergi.” pamitnya sekali lagi. Tidak ada jawaban. Yoona melirik sekilas, Donghae sedang memejamkan matanya, sepertinya ia pura-pura tidur.
Entahlah, dan Yoona mulai melangkah pelan.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Siwon melambaikan tangannya saat melihat yeoja yang ia tunggu sedari tadi. “Kau sudah siap?” tanyanya.

Yoona mengangguk ragu. Entah kenapa pikirannya tidak disini sekarang. Dan Siwon menyadari itu.

“Apa ada yang ketinggalan?”

Yoona menggeleng. “Siwon oppa, apa temanmu itu sangat penting? Bisa tidak kita ke Incheon lain kali saja? Atau kau bisa pergi sendiri tanpa aku?” pintanya.

“Kenapa? Kau tidak enak badan?”

Lagi-lagi Yoona menggeleng.

“Sebenarnya tidak penting juga. Tapi sudah lama sekali kami tidak bertemu. Kalau kau sakit kita bisa pergi lain kali.”

“Anio, kau pergilah sendiri oppa. Kasihan temanmu kalau kau membatalkan janjimu. Aku sungguh tidak apa-apa. Kau pergilah sendiri.” pinta Yoona meyakinkan.

“Kalau kau tidak pergi, aku juga tidak pergi.”

“Siwon oppa, jangan begitu. Sebenarnya..e..ee..itu..” Yoona jadi bingung sendiri.

“Yoona, sebenarnya kenapa?”

“Sebenarnya dia sedang sakit dan aku meninggalkannya sendirian.” ucap Yoona akhirnya.

“Siapa? Suamimu?”

Yoona mengangguk. “Ne, dan aku lupa memberitahunya yang mana obat demam. Dia pasti tidak tahu yang mana obatnya. Si bodoh itu pasti tidak bisa mengurus dirinya.” tuturnya panjang lebar.

“Kau khawatir padanya?” tanya Siwon, ia melihat raut cemas yang tampak jelas di wajah Yoona.

“Tidak oppa. Aku hanya tidak tega karena dia sakit, itu saja.” elak Yoona.

“Pulanglah, aku bisa ke Incheon sendiri.”

“Benarkah?” tanya Yoona tak percaya.

Siwon mengangguk.

“Terima kasih oppa. Maafkan aku tidak bisa menemanimu.” riang Yoona buru-buru meninggalkan Siwon dalam kesendiriannya.

Siwon tersenyum tipis. “Ternyata kau mencemaskannya.” bisiknya miris.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Yoona berjalan mengendap-ngendap. Keadaan apartementnya masih sama saat ia meninggalkannya tadi. Kemana manusia satu itu?

“Heh, kenapa kau masih saja tidur?” pekiknya melihat Donghae yang masih bermanja-manja dengan ranjangnya. “Apa kau sudah makan buburmu?” tanyanya.

“Sudah.” Donghae bahkan menjawab tanpa membuka matanya.

“Lalu apa sudah minum obatmu?”

“Aku tidak tahu obatnya yang mana.”

Yoona mendecah. “Sudah kuduga.”
Kemudian ia beralih ke kotak obat dan mengambil segelas air putih untuk Donghae.

“Bangun, minumlah ini.” perintahnya.

Donghae bangkit mengambil obat di tangan Yoona dan meminumnya pelan.

“Masa obat demam saja tidak tahu.” Yoona terus saja mengomel.

“Aku bukan dokter. Disana ada banyak obat, kalau aku salah bagaimana? Kalau aku overdosis bagaimana? Kau mau tanggungjawab?”

“Itu berlebihan.”

“Lagipula kenapa kau pulang lagi?Ada yang ketinggalan?” tanya Donghae telak.

“Itu..e..Siwon oppa punya acara lain yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan. Jadi dia membatalkan janjinya.” bohong Yoona.

“Baguslah.”

“Apanya yang bagus?”

“Tidak apa-apa.” dan lagi-lagi Donghae menenggelamkan tubuhnya dalam selimut.

Yoona hanya bisa mendesah sendiri.

~ ~ ~ ~ ~ ~

“Auw..aduh..” Yoona menjerit, ia terpeleset dan jatuh di kamar mandi. Ia berusaha berdiri tapi “Ahk..” rintihnya memegangi perutnya, sakit sekali. Kenapa rasanya sesakit ini? Kenapa seperti dicengkeram dan diremas yang sangat kuat?

“Darah..darah..” teriaknya histeris melihat cairan itu mulai mengalir. “Donghae oppa, tolong aku.” ia mulai menangis.

“Kau kenapa? Apa yang terjadi?” panik Donghae mendapati keadaan Yoona.

Yoona hanya menggeleng, dengan kesakitan luar biasa yang terpancar di wajahnya.

“Kita ke rumah sakit.” Donghae langsung membopong Yoona dan membawanya pergi.

~

“Jika memaksa mempertahankan janinnya, itu akan sangat membahayakan ibunya. Kemungkinkan besar ibunya bisa tidak selamat.”

Yoona masih bisa mendengar suara itu dengan jelas. Suara dokter itu seperti memberi pukulan telak untuknya. Itu artinya ia harus kehilangan janinnya.

“Lakukan yang terbaik dokter, selamatkan ibunya.”

Dan suara ini, Yoona sangat mengenalnya. Itu suara Donghae. Tak terasa air mata mengalir pelan dipipinya. Ia menangis dalam keadaan setengah sadarnya. Hingga akhirnya efek obat bius itu mulai terasa. Pelan dan pasti Yoona mulai tak sadarkan diri.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Sayup-sayup Yoona mulai membuka matanya. Rasanya lemas sekali dan tubuh bagian bawahnya seperti mati rasa. Ruangan serba putih ini tentulah rumah sakit. Yang dilihatnya pertama kali adalah wajah sendu wanita yang melahirkannya.

“Eomma.” ucapnya pelan. “Kapan kau datang?”

“Kau sudah sadar? Tadi malam saat menerima telepon dari Donghae, eomma langsung kesini.”

“Ne, Donghae oppa mana?”

“Keluar sebentar. Eomma memaksanya makan siang. Sejak pagi dia belum makan.”

“Eomma, kau tidak bersama Yuri onnie?”

“Tadi dia datang tapi pergi lagi. Ada urusan penting katanya.”

“Oh… Eomma, bagaimana dengan bayiku?” akhirnya Yoona berani menanyakan ini.

Wajah sayu ibu Yoona tampak sedih, ia menggeleng pelan.
Sukses membuat Yoona terisak. “Jadi aku kehilangannya?” tiba-tiba ada rasa penyesalan yang dalam.

“Itu yang terbaik.” hibur ibu Yoona.

Yoona semakin larut dalam tangisannya. Ia yang dulu tidak menginginkan bayinya. Ia yang dulu membenci bayinya. Dan sekarang saat ia mulai bisa terima, ia kehilangan bayinya.
Ia pikir, mungkin ini hukuman Tuhan untuknya.

~ ~ ~ ~ ~ ~

“Eomma, maaf aku tadi pergi ke kantor sebentar.” ujar Donghae yang baru kembali. “Apa dia sudah sadar?” tanyanya.

“Ne, dia menanyakanmu tapi sekarang tidur lagi. Mungkin efek obatnya masih bereaksi.”

Donghae mengambil tempat duduk disebelah ranjang Yoona.

“Eomma pulang dulu, jaga dia baik-baik.” pinta ibunya Yoona.

Donghae mengangguk. “Ne, tentu saja aku akan menjaganya eomma.”

Donghae tetap terpaku ditempatnya. Tepat disebelah ranjang rawat Yoona. Sejak semalam ia belum tidur. Dan sekarang ia sangat mengantuk sekali. Ditaruhnya kepalanya diranjang Yoona dan ia mulai tertidur.

“Donghae oppa.” panggil Yoona pelan. Ia menatap namja yang tertidur disampingnya itu. Entah kenapa ia merasa bersalah.

Donghae membuka matanya, ia tersenyum melihat Yoona. “Kau baik-baik saja?” tanyanya.

Yoona mengangguk. “Maafkan aku Donghae oppa.”

“Kenapa kau minta maaf?”

“Karena aku tidak bisa menjaga anak kita.”

Donghae menepuk-nepuk tangan Yoona pelan. “Aku sangat panik melihatmu kesakitan semalam. Aku sangat khawatir padamu. Kau tidak perlu minta maaf. Yang paling penting sekarang kau baik-baik saja.”

“Tapi tetap saja ini salahku. Aku tidak bisa mempertahankannya.”

“Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”

“Donghae oppa, apa kau membenciku?”

“Kenapa harus membencimu? Kau tau? Aku sangat senang saat kau memanggilku oppa. Dan aku juga sangat senang kau menyebutnya ‘anak kita’ walau dia belum sempat terlahir ke dunia.”

Yoona hanya tersenyum mendengarnya.

Cklek..pintu kamar inap itu terbuka. Seseorang muncul dari sana, Yuri. Bukan seorang, tapi dua orang. Karena ada Siwon dibelakangnya.

“Yoona, bagaimana? Kau tidak apa-apa kan?” Yuri langsung mendekati Yoona. “Aku mengajak Siwon oppa, dia sangat khawatir padamu. Tapi kami baru berani kesini saat eomma pulang.”

Yoona hanya tersenyum tipis, diliriknya Donghae. Kenapa rasanya jadi canggung seperti ini.

“Yoona, aku sangat mencemaskanmu. Aku takut terjadi apa-apa denganmu.” Siwon ikut mendekati Yoona, menambah suasana semakin canggung.

Donghae bangkit berdiri. “Aku mau membeli minuman, aku keluar sebentar.” pamitnya lalu beranjak pergi.

Yoona terus menatap Donghae sampai menghilang dari pandangannya. Entah kenapa, saat ini perasaan namja itulah yang ia pikirkan.

“Aku juga keluar sebentar. Kalian perlu bicara berdua.” Yuri ikut keluar dari ruangan itu.

Kini hanya tinggal Yoona dan Siwon berdua. Dan rasa canggung ini masih bertahan.

“Duduklah Siwon oppa.” Yoona menunjuk kursi disamping ranjangnya. Bekas Donghae duduk tadi.

Siwon menurut. “Sebenarnya sejak semalam aku ingin menjengukmu. Aku sangat cemas saat Yuri meneleponku dan bilang kau pendarahan. Aku sangat khawatir.”

“Aku tidak apa-apa oppa. Tapi aku kehilangan anakku.”

“Ikhlaskanlah, mungkin itu yang terbaik untukmu dan untuk kita.” Siwon mengambil tangan Yoona dan menggenggamnya.

Yoona hanya diam, kenapa hatinya serasa kosong. Yang dirasakannya saat ini hanya hampa.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Ini hari kepulangan Yoona setelah seminggu di rumah sakit. Ia masih dalam penyesalannya. Kenapa saat telah kehilangannya, ia baru sadar kalau ia sangat menyayangi anaknya. Dan kali ini bukan hanya itu yang mengganggu pikirannya. Ada kekalutan tersendiri dalam hatinya.

Malam telah larut. Ia memejamkan matanya tapi ia tidak juga tertidur.

“Kau belum tidur?” tanya Donghae menyadari orang disebelahnya masih terjaga, dan ia juga sama.

“Kau juga belum tidur.”

“Aku tidak bisa tidur.”

“Aku juga tidak bisa tidur.”

Donghae membalik tubuhnya menghadap Yoona. “Apa yang membuatmu tidak bisa tidur?” tanyanya.

“Banyak hal yang kupikirkan.”

“Kau masih merasa bersalah atas kehilangan anakmu?”

“Itu salah satunya.”

“Sudahlah, jangan pikirkan itu lagi. Mungkin Tuhan punya rencana lain untukmu.” hibur Donghae.

Yoona mengangguk pelan. “Kau sendiri, apa yang membuatmu tidak bisa tidur?” tanyanya.

“Aku takut kehilangan.” bisik Donghae lirih.

Yoona ikut berbalik menatap Donghae. “Apa?”

“Kau tidak akan mengerti, sudah tidurlah sana.” kini Donghae memalingkan tubuhnya kembali, menatap langit-langit kamarnya.

“Donghae oppa.” panggil Yoona kemudian.

“Ne?”

“Aku ingin menangis.”

“Kenapa?”

“Aku tidak tahu. Aku hanya merasa sedih. Aku ingin menangis.” ia malah sudah mulai terisak.

“Menangislah jika itu membuatmu lega.”

Donghae menyingkirkan guling yang selama ini menjadi pembatas ranjangnya. Lalu membenamkan Yoona dalam pelukannya. “Boleh aku memelukmu seperti ini?” tanyanya.

Dan Yoona semakin terisak disana. Hening, diam, tak ada pembicaraan. Hanya pelukan itulah yang berbicara. Seakan berkata kalau semua ini tak ingin berakhir.
Dan mereka tetap bertahan dalam posisi ini hingga pagi menjelang.

~ ~ ~ ~ ~ ~

“Ada apa Yuri onnie? Kenapa kau menyuruhku kesini? Kenapa tidak datang ke apartementku?” tanya Yoona heran. SMS dari Yuri yang membawanya kemari. Cafe yang dijanjikan Yuri untuk bertemu.

“Kenapa kau masih tinggal disana?”

“Maksudmu apa onnie?”

“Kenapa kau masih tinggal di apartement itu?” tanya Yuri ulang.

Yoona tak menjawab, ia tahu kemana arah pembicaraan ini. Dan jujur ia tidak siap. Ia terlalu takut.

“Tidak ada lagi yang mengikatmu bersama Donghae. Harusnya kalian sudah bercerai. Dan kau bisa menikah dengan Siwon oppa. Sampai kapan kau akan membuatnya menunggu?”

Yoona memejamkan matanya. “Tidak ada lagi yang mengikatmu bersama Donghae.” kenapa kalimat itu terasa perih baginya. Bukankah masih ada sebuah ikatan pernikahan.

“Onnie, aku masih berduka. Kenapa kau membicarakan ini?”

“Aku hanya heran saja kenapa kau masih bertahan disana. Bercerailah, menikahlah dengan Siwon oppa. Aku akan membantumu menjelaskannya pada eomma. Eomma pasti mengerti yang terbaik untuk putrinya.”

“Jangan terus mendesakku Yuri onnie. Kenapa tidak kau saja yang menikah dengan Siwon oppa?” Yoona memekik, tanpa sadar ia mengucapkan ini.

Yuri terperanjat tak percaya, Yoona bisa membentaknya.

“Mian Yuri onnie.” ralat Yoona menyadari yang dilakukannya tadi keterlaluan.

“Apa yang sebenarnya terjadi padamu?” Yuri mendesah. “Apa kau mulai mencintainya? Apa kau mulai mencintai suamimu itu?”

Yoona hanya diam, lidahnya terlalu kelu untuk menjawab.

Yuri tersenyum getir. “Diam berarti iya.”

Dan sekali lagi Yoona hanya mampu membisu.

“Lalu bagaimana dengan Siwon oppa? Dia namja yang sempurna. Bodoh kalau kau melepasnya begitu saja.”

“Maafkan aku Yuri onnie.”

“Yoona, kenapa bisa seperti ini?” Yuri menjadi semakin kesal sendiri.

“Maaf.” hanya kata itu yang mampu Yoona ucapkan.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Yoona melangkah tertatih. Setelah seharian berkelana, akhirnya ia memutuskan untuk pulang. Ia sudah sangat lelah, lelah badan, hati dan pikiran.

“Maaf, aku tidak bisa.”

Langkahnya terhenti, itu suara Donghae. Ia sedang berbicara dengan seseorang.

“Aku mencintaimu.” kini berganti suara seorang yeoja. Dan Yoona sangat mengenal suara itu.

Perlahan ia mengintip dari pintu apartement yang sedikit terbuka. “Yuri onnie.” desisnya tertahan.

“Tapi aku mencintai adikmu.”

Ucapan terakhir Donghae ini semakin menambah kekalutannya. Ia mulai bisa menangkap apa yang sebenarnya terjadi.

Yoona menutup mulutnya dengan tangannya. Agar tak keluar suara isakannya. Pikirannya benar-benar kacau. Ia bahkan tak mampu menamai perasaan yang berkecamuk dalam hatinya saat ini. Jadi selama ini Yuri mencintai Donghae.

Perlahan, Ia memasuki apartement itu.

“Yoona.” Donghae dan Yuri terperanjat bersamaan.

“Aku hanya ingin bilang, aku mau bercerai. Aku akan menikah dengan Siwon oppa.” ucap Yoona mantap.

“Apa?” tanya Donghae tak percaya.

“Ne, surat perceraiannya akan diurus pengacaraku.” Yoona berbalik melangkah pergi. Ia menangis dalam setiap langkahnya.

“Yoona.” Yuri memanggilnya tapi ia tak peduli. Ia terus berjalan menjauh.

~ ~ ~ ~ ~ ~

“Siwon oppa.” panggil Yoona pada namja yang baru mendatanginya.

Siwon tersenyum. “Ada apa memintaku kesini? Ada yang ingin kau bicarakan?”

“Ne.”

“Apa ini tentang rencana pernikahan kita? Apa kita akan segera mewujudkannya?”

Yoona menahan nafasnya sejenak. Ia harus bisa mengatakannya.

Dihembuskannya nafasnya pelan.
“Maaf Siwon oppa, aku tidak bisa menikah denganmu.”

“Apa maksudmu?” senyum yang merekah di bibir Siwon seketika surut.

“Aku tidak bisa Siwon oppa, maafkan aku. Aku yakin kau pasti bisa menemukan gadis yang pantas untukmu, yang lebih segalanya dariku. Kau orang baik, kau pasti mendapatkan gadis yang baik.”

“Kaulah gadis baik itu.” ucap Siwon yakin.

Yoona menggeleng. “Bukan aku oppa, aku tidak pantas untukmu.”

“Tapi kenapa?”

“Masalahnya…” Yoona termenung sesaat, tak tahu harus berkata apa.

“Masalahnya sekarang kau mencintainya bukan aku.” potong Siwon cepat.

“Maafkan aku Siwon oppa, maaf.” dan Yoona tak bisa mengelak.

“Kembalilah padanya, aku akan bahagia jika orang yang aku cintai bahagia.”

Yoona terperangah. “Oppa…”

“Aku tahu kalau akhirnya akan seperti ini. Perlahan kau pasti mulai mencintainya. Dan itu sangat terlihat jelas.”

“Mian oppa.”

“Apa hobimu selalu minta maaf?” Siwon terkekeh kecil. “Berbahagialah bersamanya.”

“Terimakasih Siwon oppa.”

Kini ia sedikit tenang. Akankah ia kembali pada Donghae, rasanya tidak. Ia tak mau menyakiti Yuri untuk kedua kalinya.

Yang jelas saat ini ia ingin memeluk seseorang, eommanya. Entah kenapa, ia sangat merindukan eommanya.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Yoona memandang langit-langit kamarnya, kamarnya sendiri di rumahnya. Dengan alasan merindukan eommanya ia disini sejak semalam. Dan sejak itu juga ia belum bertemu Yuri. Saat ia datang, Yuri belum pulang. Setelah itu ia hanya bersemedi dikamar ini, ia tidak tahu kapan Yuri pulang. Yang jelas saat ini, onnienya itu pasti sudah dirumah.

“Boleh aku masuk?” seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dan ia tahu itu Yuri.

“Masuklah onnie.” ucap Yoona tegang, kenapa ia jadi merasa canggung begini.

Senyum Yuri menyembul dari balik pintu. Dan itu membuat Yoona sedikit tenang.

“Aku tahu kau pasti pulang kesini. Bodoh, kenapa kau mesti berbohong.” Yuri pura-pura menggetok kepala Yoona pelan.

“Maksudmu apa onnie?”

“Kenapa kau harus bilang akan menikah dengan Siwon oppa? Padahal yang aku tahu justru kebalikannya.”

“Maaf Yuri onnie.”

“Kenapa kau minta maaf padaku?”

“Aku tidak tahu kalau selama ini kau mencintai Donghae oppa.”

Yuri terkekeh. “Tapi dia mencintaimu dan kau mencintainya.”

“Onnie, kau bicara apa?”

“Akuilah.” disenggolnya lengan Yoona, Yuri menggodanya. “Aku memang pernah mencintai Donghae. Tapi dia tidak pernah membalas cintaku. Dan itu sempat membuatku sakit hati. Tapi sekarang aku sadar cinta tidak bisa dipaksakan. Apalagi sampai mengorbankan dongsaengku yang cantik ini.”

“Onnie..” Yoona berhambur memeluk Yuri.

“Apalagi satu namja, seribu namja pun aku relakan untukmu.”

Yoona semakin mempererat pelukannya. “Yuri onnie, aku sangat menyayangimu.” ucapnya.

“Ne, aku juga menyayangimu. Sudah, sana pergilah.”

“Kemana?”

“Tentu saja pada suamimu. Pulanglah, raih kembali cintamu.” suruh Yuri.

“Sekarang?”

“Tidak, tahun depan. Tentu saja sekarang.” pekik Yuri.

“Iya..iya..terimakasih onnie. Kau memang onnie terbaik sedunia.” diciumnya pipi Yuri dan beranjak pergi.

~ ~ ~ ~ ~ ~

“Yah.” pekik Yoona mendapati keadaan di apartementnya. Rasanya baru ia tinggal sebentar tapi sekarang berantakan sekali.

“Kenapa kau dirumah? Kenapa tidak ke kantor?” lagi-lagi Yoona harus memekik saat mendapati Donghae tertidur di sofa. Bau soju tercium sangat pekat. Botol-botol soju itu masih tergeletak manis di atas meja.

“Kau minum? Kau kan tidak bisa minum. Apa kau tidak ingat apa yang kau lakukan saat terakhir kali kau mabuk?” yang dimaksudnya tentu saja kejadian malam itu yang merubah hidupnya.

“Donghae oppa.” Yoona mulai berteriak karena sedari tadi tidak ditanggapi.

“Berisik sekali. Ada apa? Kenapa kau kembali? Apa kau mau mengemasi barang-barangmu? Sana lakukan tapi jangan ganggu aku.” Donghae kembali merebahkan tubuhnya, menenggelamkan kepalanya dalam sofa.

Yoona jadi gemas sendiri. Ditariknya tangan Donghae. “Bangun.” paksanya.

“Ada apa?” Donghae akhirnya bangun dengan terpaksa.

“Kenapa kau minum soju? Kau pasti mabuk kan?”

“Aku tidak mabuk, aku hanya minum sedikit.”

Yoona mendecah sangsi. “Kau terlihat seperti orang frustasi.”

“Ne, aku memang frustasi. Lalu apa maumu sekarang?”

“Aku mau tetap tinggal disini.”

“Mwo? Jangan bercanda.” kekeh Donghae tak percaya.

“Aku serius.”

“Kenapa? Apa tuan muda kaya itu membatalkan rencana pernikahannya denganmu?” tebak Donghae asal.

“Tidak. Aku hanya..” Yoona menghela nafas sejenak. “Aku sudah kehilangan anakku, aku tidak mau kehilanganmu.” ucapnya.

Donghae menatap Yoona lekat-lekat. “Apa aku tidak salah dengar?”

“Aku tidak tahu ini salah atau benar. Yang aku tahu takdir membawaku kepadamu. Dan selamanya aku ingin bersamamu. Aku mohon jangan pernah melepasku.”

“Lalu bagaimana dengan tunanganmu?”

“Mantan tunangan.” Yoona mempertegas disetiap katanya. “Apa pantas aku punya tunangan sedangkan aku masih punya suami? Dan aku sangat mencintai suamiku.”

Donghae langsung menarik Yoona dalam pelukannya. “Saranghae.” bisiknya pelan.

Yoona mengangguk. “Nado Saranghae oppa.” balasnya.


Trackbacks & Pingbacks

Comments

  1. * Deer'Fishy says:

    YoonHae Jjang..!!
    ngga bosen seberapa kali pun baca ff ini.. 🙂

    | Reply Posted 12 years, 9 months ago
  2. * SaeRa says:

    aku bingung mau koment apa yah….habisnya bercampur semuanya jadi satu…hehehehe…good job author. Yoonhae jjang!!!

    | Reply Posted 12 years, 9 months ago
  3. * nozu says:

    waahhhhh ada ff yoonhae baru asyikkkk \*0*/

    | Reply Posted 12 years, 9 months ago
    • * nozu says:

      waahhhhh ada ff yoonhae baru asyikkkk \*0*/
      unnie setelah aku baca seruuuuuuuuuu ff yoonhae nya \^____^/
      aku sukaaaaaaa…feel nya juga pasti selalu dapet yg ada dipikiran aku ada merekaaa
      goo job unn,buat yg lebih banyak lagiii ya unnn ..hehehehe

      | Reply Posted 12 years, 9 months ago
  4. Pendatang baru di sini unnie… aq suka banget sama Yoonhae…. Yoonhae is No. 1 in my heart..
    Bagus banget fanficnya unnie,……. bikin yang banyak lagi yah unnie…

    YoonHae Daebak… 🙂 😀

    | Reply Posted 12 years, 9 months ago
  5. * Ina890826 says:

    kyaaaaaaaaa daebak,, author.a jjang^^
    sumpah KEREN BANGET….
    mengharu biru dan penuh kejutan,,kekeke^^
    DAEBAAAAAAAKKK^^

    | Reply Posted 12 years, 9 months ago
  6. annyeong.. aku readers baru disini. gapapa kan? wp ini full of yoonhae aku suka ^^,
    aaaaa~ emang kalo udah jodoh gak kemana dah! walaupun udah tunangan tetep aja nikahnya ama donghae oppa haha.
    ah yoona nya kasian keilangan anaknya ~,~ bikin lg dah. XD

    | Reply Posted 12 years, 8 months ago
  7. Sumpah,,FF nya keren chingu ..
    YoonHae akhirnya bersatu ..
    Hidup pyros! Hahaha ..

    Mm .. Hae oppa tabah+sabar bgt yagh .. Gak nyangka .. Keren deh pokoknya .. Ampe’ gk bisa ngmng apa2 lg .. Daebak!!

    | Reply Posted 12 years, 4 months ago
  8. * mochichi says:

    baca lagi deh ff ini
    nemu, hehehe
    haduh terharu ceritanya bagus (- o -)

    | Reply Posted 12 years, 3 months ago
  9. * Kim Hyera says:

    SUMPAH! INI FF YOONHAE PERTAMAKU!
    Dan author bikin aku senyam-senyum sendiri..
    ceritanya sweet..aku lanjut ke sekualnya dulu yah 😀

    | Reply Posted 12 years, 3 months ago
  10. * Lee Hae Yong says:

    first comment. hehehe also new readers.

    buat senyum-senyum sendiri.
    author daebakk deh^^

    | Reply Posted 12 years, 3 months ago
  11. * mochichi says:

    terharu, happy end yg daebak!
    YoonHae jjang!

    | Reply Posted 12 years, 3 months ago
  12. * mimimi says:

    Yoonhae! <3<3

    | Reply Posted 12 years, 3 months ago
  13. * diana says:

    Huaah..bagus ff-nya 🙂

    | Reply Posted 12 years, 2 months ago
  14. * febrynovi says:

    Pas pertama kali aku baca FF ini aku merasa sepertinya aku pernah baca FF ini sebelumnya, karena ceritanya mirip. Eh ga taunya aku baca sequelnya hahahaha #gapenting.
    FF-nya daebak!! Ceritanya seru bin ajaib! #eh.
    Author FIGHTING!!

    | Reply Posted 11 years, 11 months ago
  15. * forest90 says:

    waaaa speachless banget…kereeen ff nya thor ><
    kesaabaran Hae oppa berbuah manis yuhuuuy 😀
    lucu banget mereka bertengkar terus tapi pada akhirnya happy end deh aaaaaa senengnya ^^ YoonHae Jjang!!

    | Reply Posted 11 years, 11 months ago
  16. * aegi says:

    ciye~ yoong jatuh cinta sama hae 🙂
    ah~ siwon sangat baik. tidak salah aku memilihnya menjadi appa-ku *loh
    semangat, thor!! ^^

    | Reply Posted 11 years, 10 months ago
  17. * Deery00ng says:

    Hahh , ,
    rasa.x cmpur aduk lau baca ff nie , ,

    daebbakKK 🙂
    YOonhae jjang 🙂

    | Reply Posted 11 years, 9 months ago
  18. * desi handayani says:

    aku suka bnget ff`a
    sampe senyum” gk jelas kya orgil
    ff`a daebak

    | Reply Posted 11 years, 9 months ago
  19. * Salsa_YH says:

    padahal dh beberapa kl ku bc FF ini..tp kg pernah bosen

    DAEBAAAKK…

    YoonHae Janggggg.. ^^

    | Reply Posted 11 years, 8 months ago
  20. DAEBAKKKK..!!
    sudh brpa klai q jga bca ff yg ini v gk prnah bosen..—

    | Reply Posted 11 years, 4 months ago
  21. * stefanny says:

    masa ada sih orang yg kaya siwon…baik bgt^^..pkknya terharu deh…daebak..

    | Reply Posted 11 years ago
  22. * lilyhan__17 says:

    Aaaaa author …
    FF nya daebakkk bgt …
    Feel nya dpt bgt author

    | Reply Posted 11 years ago
  23. * Deery00ng says:

    DaebakKk 🙂
    y0onhae jjang!!!
    Next ff dtunggu unN~

    | Reply Posted 11 years ago
  24. * ohsonnya says:

    gatau deh udah berapa kali baca ff ini. gak pernah bosan soalnya.

    | Reply Posted 11 years ago
  25. * haznia says:

    akhirnya yoona eonni nerima dongh .oppa d sisi nya hehe,bagu bagu thor aku suka

    | Reply Posted 11 years ago
  26. * ChaEkha says:

    Wuuuaaahhh… storyny good bnget dah..yoonhae couple mank keren….
    btw lam kenal y thor… 🙂 🙂

    | Reply Posted 10 years, 4 months ago


Leave a reply to diana Cancel reply